Setiap orang memiliki pilihan, tapi tidak semua orang mampu memilih pilihan yang benar-benar diinginkan. Sekilas memilih mungkin terdengar mudah. Menentukan pilihan barangkali memang tidak sesulit itu, hanya saja menjalani berbagai konsekuensi atas pilihan yang telah kita pilih itu tidak selalu mudah.
Saya seorang perempuan yang tahun ini akan menginjak usia dua puluh lima. Menikah dan perihal pernikahan sudah bukan lagi menjadi topik yang asing di lingkungan saya. Setiap orang yang berencana menikah di masa depan, kemungkinan memiliki gambaran ideal atau cita-cita masing-masing atas konsep hari bahagianya tersebut.
Ada yang menginginkan sebuah pesta mewah dengan nuansa modern, ada yang ingin menggunakan adat tradisional, ada yang ingin sederhana, ada yang ingin acaranya digelar sekian jam, sekian hari, bahkan beberapa hari, ada yang ingin menghadirkan grup musik yang disukai, ada yang ingin menghadirkan hiburan musik dangdut, ada yang memasak sendiri, ada yang menggunakan jasa catering, ada yang memakai wedding organizer, Â dan tentu saja ada yang tidak ingin pesta.
Dari semua kemeriahan, saya yakin ada banyak insan yang menginginkan sebuah acara yang sederhana untuk akad nikahnya. Tidak ada pesta dan barangkali pula tidak ada undangan.
Dari sekian banyak bayangan ideal individu, saya tentu juga memiliki gambaran tersendiri. Kalau harus jujur, beberapa konsep pernikahan ada yang tidak masuk akal bagi saya. Namun, itu tidak masalah.
Tidak masuk akal bagi diri saya, belum tentu tidak masuk akal juga bagi orang lain. Sebaliknya, yang masuk akal bagi saya, bisa jadi tidak demikian bagi orang lain.Â
Perbedaan itu wajar dan tidak apa-apa. Namun, tentu saja akan menjadi "kenapa-kenapa" kalau perbedaan tersebut dijadikan masalah. Sayangnya, mempersoalkan apa-apa yang tidak sesuai opini pribadi menjadi begitu penting di masyarakat kita kini.
Perbedaan seolah menjadi hal yang tabu. Standar masyarakat yang biasanya terwariskan secara turun-temurun pun menjadi momok bagi sebagian orang yang sebenarnya mungkin hanya ingin menjadi diri sendiri.
Proses Panjang Manusia
Sejak lahir hingga dewasa, proses yang dilewati setiap manusia pasti berbeda-beda. Latar belakang dan perjalanan hidup yang dilalui akan membentuk hal-hal seperti pemikiran, karakter, orientasi hidup, cita-cita dan keinginan tiap-tiap individu menjadi unik dan sangat personal.
Bagi saya pribadi, pernikahan adalah sebagian kecil dari perkara-perkara lain dalam hidup yang sebenarnya tidak perlu terlalu dipusingkan. Menikah ya menikah saja, entah ingin berpesta atau merasa cukup di KUA. Kembali lagi, tidak semua orang memiliki keinginan dan kebutuhan yang sama.