Sedari kecil kami beruntung sekali dididik orang tua untuk menabung. Pesan  filosofis yang sering diucapkan oleh almarhum  bapak "menabunglah berapapun, belilah apapun" terngiang - ngiang selalu hingga kini. Quote yang sederhana namun mengena ini memotivasi namun tidak membebani, kami memahaminya yakni apabila menginginkan sesuatu barang ya beli saja dengan kondisionalitas sudah menabung terlebih dahulu berapapun jumlah yang ditabungkan tidaklah masalah, kalau tidak mau menabung itulah masalah.
Seiring waktu kami memahami perkataan bapak  bahwa menabung berapapun tetap semestinya di  ujung hari waktu menabung dirasionalkan dengan harga barang yang dicita-citakan. Â
Awal mula cara bapak mengajari kami anak-anaknya menabung sangat sederhana namun asyik.  Bapak membelikan kami  celengan keramik satu per satu, sebuah celengan kecil berbentuk ayam, kodok, dan lain - lain.  Kami disuruhnya membuat rencana, pertama menentukan tujuan dari menabung, untuk apa tabungan itu kelak, kalau untuk membeli barang langkah selanjutnya melakukan survei harga real barang tersebut ke toko atau pasar.  Kemudia kami mengkalkulasi jumlah rupiah yang mesti ditabung per harinya yaitu sama dengan harga barang dibagi target waktu lamanya hari menabung. Â
Manajemen keinginan kami di masa kanak-kanak oleh bapak dikendalikan dengan cara menabung di celengan. Â Ringkasan tahapannya sebagai berikut:
1. Â Menentukan tujuan
2. Survei harga
3. Berhitung / kalkulasi banyaknya rupiah yang seharusnya ditabung per hari
4. Menempelkan ringkasan ini di celengan
5. Pecahkan celenganÂ
Pelaksanaan tahapan di atas di serahkan secara penuh kepada kami, hanya sekali- kali bapak menanyakan  sudahkah menabung hari ini.  Dengan cara ini, perlahan- lahan ksmi menyadari pentingnya komitmen, tanggungjawab dan disiplin.