Zahra Zakiatunnisa
Sudah lama aku gusar kepadamu. Geram karena kau telah mencuri perhatian kekasihku. Aku marah karena kau membuat tulisan khusus untuk mengabadikannya bahkan kau menjelek-jelekan aku pada tulisan itu.Â
Zahra, meskipun kau bilang tulisanmu itu fiksi. Tetap saja Aku dan Naza merasa. Naza yang memang mengagumimu ditumbuhi dilema. Saat ia tahu dengan jelas penulis yang ia kagumi ternyata mencintainya. Aku bisa apa Zahra? Aku mencintainya, sangat mencintainya. Ketika dia bilang dia kagum dengan tulisan-tulisanmu. Aku cemburu, aku pun mengintip sebagus apa tulisanmu itu hingga mampu menggetarkan jiwanya? Lalu saat kulihat ternyata benar, kau berbeda dari yang lain Zahra.
Aku pun merasa insecure bagaimana jika Naza akhirnya memilihmu? Sebab, meskipun aku dan dia sudah lama menjalin hubungan. Tetap saja, aku tidak pernah ia ceritakan ke orang lain. Sesering dia menceritakanmu kepadaku, atau ketika dia mencari tahu tentangmu kepada Hanif. Bahkan aku pun tahu, kalau dia sengaja membuat akun blog yang sama denganmu. Agar dia bisa memberikan komentar di tulisan-tulisan itu.Â
Aku sangat marah, saat kubaca cerpenmu yang seolah-olah memfitnah ku. Kenapa dicerita itu kau buat aku sebagai orang jahat Zahra? Padahal diantara kisah kalian ini. Akulah yang tersakiti. Walaupun pada akhirnya akulah pemenangnya.Â
Zahra Zakiatunnisa, memang betul aku Menguntilimu, menggunakan akun palsu agar kamu tidak tahu bahwa aku telah memantaumu. Tapi ternyata kamu lebih pintar dari yang aku kira. Kamu tahu, tapi berpura-pura seolah-olah tidak tahu. Kamu bersikap seolah aku bukanlah Amelia, ketika aku melontarkan pernyataan di akun bodongku kepadamu. Tapi, kau tuliskan di cerpenmu. Kau tahu segalanya kan?Â
Hati perempuan mana yang tidak terluka saat kekasihnya memberikan perhatian berlebihan kepada orang lain? Terlebih dia sering memuji-muji di hadapanku. Meskipun dia bilang bahwa tidak akan mungkin untuk kalian bersatu. Tapi, tetaplah aku cemburu.Â
Zahra, saat aku tahu Alisya temanmu mencari tahu tentangku bahkan tatapan matanya memperlihatkan kebencian. Di saat itu pula aku ingin bicara kepadamu. Tapi, Lagi-lagi kamu selalu pura-pura. Bahkan ketika aku sudah sengaja meminta maaf kepadanu atas perilaku yang mungkin tak kusengaja. Kau tetap saja berpura-pura tidak mengenalku.Â
Mungkin kau sudah membenciku. Sebab, cintamu tak bisa bersatu denganmu. Tapi disini aku jelaskan kepadamu. Bukan kamu yang korban  Zahra! Tapi Akulah yang jadi korban disini. Bagaimana bisa kalian saling mencintai dengan jelas di hadapanku. Dan yang paling sakit adalah kalian bermain dengan kata. Dengan bahasa yang susah untuk aku mengerti. Barangkali hanya kalian berdua yang mengerti.Â
Zahra, Cinta Naza padamu terlihat jelas. Saat aku bilang dia harus melupakanmu. Dia melakukannya, tapi matanya menggambarkan betapa terlukanya dia, saat kau dan dia harus berakhir bahkan sebelum kalian bertemu secara langsung.Â
Lalu aku bilang kepadanya, agar dia memilihmu saja. Meskipun hatiku terluka, toh dia juga mencintaimu. Kalian sama sama mencintai. Kemudian dia bilang kalau dia juga masih mencintaiku. Berarti dia telah membagi cintaku 50 persen kepadamu Zahra. Sekarang untukku juga 50 persen. Kita memiliki setengah dari cintanya. Semantara aku, cintaku sepenuhnya untuknya. Bahkan jika dia ingin menikahimu aku rela, aku ikhlas aku ikhlas jika kau menjadi istri kedua.Â
Tapi kau tahu Zahra, Dia bilang kau tak mungkin suka. Pun dia bilang kau dan dia tak pantas bersanding. Sebab ada orang yang lebih layak darinya. Dia terus memperlakukanmu bak berlian, sementara aku. Aku hanya pilihan baginya. Tapi lagi-lagi Zahra aku sangat mencintainya. Maka atas dasar cinta itulah aku menjadi istrinya. Meskipun aku tahu, aku pasti akan banyak terluka. Sebab hatinya sebagian masih untukmu.Â
Suatu ketika ketika kami pulang dari kondangan teman. Aku dan Naza melihatmu di cafe bersama seorang laki-laki tampan. Naza meneteskan air mata ketika dia melihat, kau bersama yang lain. Dia terus bertanya, apakah tulisanmu semua palsu? Apakah dakwahmu juga palsu? Sungguh, Naza begitulah mencintaimu hingga api cemburu membakar ubun-ubunku.Â
Belakangan kami tahu ternyata laki-laki yang bersamamu itu adalah teman dekatmu bernama Ifan. Dia pernah kamu ceritakan kan? Ketika Naza melihatmu amat terhibur bersama Ifan, dia tersenyum bahagia. Walau aku tahu hatinya terluka  sama seperti ketika aku terluka melihatnya mencintaimu sedemikian rupa.Â
Waktu kau menuliskan cerbung dengan judul "Sebelum kita dipertemukan" Tentang surah Al-A'la ayat 1-7 aku bertanya kepada Tuhan. Apakah nanti kau dan Dia akan bersama? Seperti sinyal yang sudah Allah berikan?Â
Allah menjawab doamu. Bahwa dia bukan yang terbaik untukmu. Allah perlihatkan ketika aku baru saja bimbingan dan akan diantarnya menemui keluarganya. Aku heran, kenapa saat itu dia menyuruh aku memeluk pinggangnya. Biasanya dia tidak mau bersentuhan. Karena dia tahu ada hadis yang melarang. Kali ini dia seperti sengaja. Setelah ku lihat disekitarku, ternyata ada kamu disudut warung. Dia sengaja agar kau membencinya.Â
Allah perlihatkan kalau ternyata orang yang kamu kagumi itu sudah berpacaran. Bagimu itu sudah zina kan? Kuakui kau itu memang perempuan baik-baik, polos dan tak gampang tergoda.Â
Dari segi pakaian kita kelihatan sama. Bedanya, kamu muslimah. Aku pura-pura jad muslimah untuk memenangkan hati Naza. Ketika aku tahu kalau dia menyukaimu perempuan soleha, aku pun tampil dengan  pakaian syar'i, aku posting amal ibadah ku agar dia melihatnya. Aku sengaja membuat akun sosial media ku tertutup  agar dia merasa aku perempuan berkelas. Lalu, secara tidak sengaja orangtua kami berdua saling mengenal. Kami pun dijodohkan. Aku sangat bahagia. Kala itu dia juga sama. Untuk saling mengenal kami awalnya berbicara biasa, lalu taaruf biasa, lama kelamaan kami seperti orang pacaran. Kami tahu pacaran itu dilarang di agama. Tapi kan kami bilang ini komitmen, toh kami juga bakal nikah kok.Â
Saat mengenalmu barulah dia sadar. Kalau apa yang kami lakukan itu salah. Akhirnya s setelah wisuda kelulusan. Dia melamar ku Zahra, dia ajak aku ke pelaminan. Aku senangnya bukan main. Akhirnya, akulah pemenangnya.Â
Benar yang kamu bilang di tulisanmu yang judulnya "Jangan Takut Nona! " Memang Naza sudah memilihku kan? Seharusnya aku percaya diri.Â
***
Zahra, aku sudah menikahi Naza. Dia milikku sekarang. Jadi kumohon jangan goda imannya lagi. Aku izinkan kau untuk mengabdikannya. Sebagai kenangan, kalau kau pernah mencintai orang di sosial media yang cintanya bukan cinta biasa, cinta yang membuat kau mampu menuliskan beribu kata. Cinta dewasa saling mengikhlaskan. Barang kali benar kata Naza, kalian tidak cocok satu sama lain. Sebab, Naza itu ditakdirkan Tuhan untukku Zahra.Â
Aku ikhlas bila Naza ingin menamai anak-anak kami kelak dengan nama Zahra Zakiatunnisa. Karena kamu juga memang perempuan yang layak untuk dikagumi. Jika anakku nanti namanya sama denganmu. Â mungkin saja dia akan seberani kamu kan? Tapi Zahra, jangan lagi berharap kepada Naza. Sebab dia milikku!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H