Lalu aku bilang kepadanya, agar dia memilihmu saja. Meskipun hatiku terluka, toh dia juga mencintaimu. Kalian sama sama mencintai. Kemudian dia bilang kalau dia juga masih mencintaiku. Berarti dia telah membagi cintaku 50 persen kepadamu Zahra. Sekarang untukku juga 50 persen. Kita memiliki setengah dari cintanya. Semantara aku, cintaku sepenuhnya untuknya. Bahkan jika dia ingin menikahimu aku rela, aku ikhlas aku ikhlas jika kau menjadi istri kedua.Â
Tapi kau tahu Zahra, Dia bilang kau tak mungkin suka. Pun dia bilang kau dan dia tak pantas bersanding. Sebab ada orang yang lebih layak darinya. Dia terus memperlakukanmu bak berlian, sementara aku. Aku hanya pilihan baginya. Tapi lagi-lagi Zahra aku sangat mencintainya. Maka atas dasar cinta itulah aku menjadi istrinya. Meskipun aku tahu, aku pasti akan banyak terluka. Sebab hatinya sebagian masih untukmu.Â
Suatu ketika ketika kami pulang dari kondangan teman. Aku dan Naza melihatmu di cafe bersama seorang laki-laki tampan. Naza meneteskan air mata ketika dia melihat, kau bersama yang lain. Dia terus bertanya, apakah tulisanmu semua palsu? Apakah dakwahmu juga palsu? Sungguh, Naza begitulah mencintaimu hingga api cemburu membakar ubun-ubunku.Â
Belakangan kami tahu ternyata laki-laki yang bersamamu itu adalah teman dekatmu bernama Ifan. Dia pernah kamu ceritakan kan? Ketika Naza melihatmu amat terhibur bersama Ifan, dia tersenyum bahagia. Walau aku tahu hatinya terluka  sama seperti ketika aku terluka melihatnya mencintaimu sedemikian rupa.Â
Waktu kau menuliskan cerbung dengan judul "Sebelum kita dipertemukan" Tentang surah Al-A'la ayat 1-7 aku bertanya kepada Tuhan. Apakah nanti kau dan Dia akan bersama? Seperti sinyal yang sudah Allah berikan?Â
Allah menjawab doamu. Bahwa dia bukan yang terbaik untukmu. Allah perlihatkan ketika aku baru saja bimbingan dan akan diantarnya menemui keluarganya. Aku heran, kenapa saat itu dia menyuruh aku memeluk pinggangnya. Biasanya dia tidak mau bersentuhan. Karena dia tahu ada hadis yang melarang. Kali ini dia seperti sengaja. Setelah ku lihat disekitarku, ternyata ada kamu disudut warung. Dia sengaja agar kau membencinya.Â
Allah perlihatkan kalau ternyata orang yang kamu kagumi itu sudah berpacaran. Bagimu itu sudah zina kan? Kuakui kau itu memang perempuan baik-baik, polos dan tak gampang tergoda.Â
Dari segi pakaian kita kelihatan sama. Bedanya, kamu muslimah. Aku pura-pura jad muslimah untuk memenangkan hati Naza. Ketika aku tahu kalau dia menyukaimu perempuan soleha, aku pun tampil dengan  pakaian syar'i, aku posting amal ibadah ku agar dia melihatnya. Aku sengaja membuat akun sosial media ku tertutup  agar dia merasa aku perempuan berkelas. Lalu, secara tidak sengaja orangtua kami berdua saling mengenal. Kami pun dijodohkan. Aku sangat bahagia. Kala itu dia juga sama. Untuk saling mengenal kami awalnya berbicara biasa, lalu taaruf biasa, lama kelamaan kami seperti orang pacaran. Kami tahu pacaran itu dilarang di agama. Tapi kan kami bilang ini komitmen, toh kami juga bakal nikah kok.Â
Saat mengenalmu barulah dia sadar. Kalau apa yang kami lakukan itu salah. Akhirnya s setelah wisuda kelulusan. Dia melamar ku Zahra, dia ajak aku ke pelaminan. Aku senangnya bukan main. Akhirnya, akulah pemenangnya.Â
Benar yang kamu bilang di tulisanmu yang judulnya "Jangan Takut Nona! " Memang Naza sudah memilihku kan? Seharusnya aku percaya diri.Â
***