Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhiri Khayalmu Nona, Balasan Tulisan Zahra

6 Januari 2025   22:21 Diperbarui: 6 Januari 2025   22:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id. Pinteres Indoensia

Zahra Zakiatunnisa, kutulis surat balasan ini untukmu  dalam keheningan malam bersamaan dengan suara-suara jangkrik-jangkrik yang mungkin sedang kehausan. Aku tuliskan surat ini dengan membuang setiap perasaan, dan aku berusaha untuk menyadarkanmu berpikirlah dengan logika Nona!

Zahra, di mana-mana tulisanmu berserakan. Mengisahkan bagaimana Aku mendekati hatimu sampai kau jatuh cinta. Lalu kau kisahkan, kau dilabrak oleh pacarku. Kemudian kau melihatku bermesraan dengan Pacarku yang menjadi awal hancurnya harapanmu. Bahkan,  kau juga bilang kalau kita bertemu untuk yang pertama dan yang terakhir. Hingga kini, masih terus kubaca semua cerita  bersambung-sambung  yang kau tulisan di halaman blogmu. Entah sampai kapan Kau terus menuliskan soal perasaanmu padaku. Kau ceritakan tentang dirimu, tentang resahmu, tentang perasaanmu kepadaku melalui tulisan fiksi itu. 

Zahra, aku tahu meski kau bilang ceritamu itu fiksi. Itu bukan  fiksi. Karena bukan begitu kenyataannya kan? Baiklah, agar pembaca tidak salah paham dengan cerita di antara kita. Aku akan mengulangi ceritanya disini. Semoga, kau tak menambah-nambahi lagi.

Baca juga: Rindu

Suatu hari, saat aku menemukanmu di sebuah platform persegi yang bentuknya mirip kamera polaroid dengan perpaduan warna biru tua, pink dan warna cerah lainnya. Aku menemukanmu. Aku terkesima dengan tampilan profilmu yang apik, seorang muslimah yang tampil  dengan pakaian syar'inya, postingan-postinganmu pun berisi tulisan-tulisan  indah dan menawan. Kuakui, kau memang tidak cantik secara fisik nona. Tapi, kalimat-kalimatmu telah menggetarkan jiwaku.  Tepat pada hari pertama aku melihat akunmu. Aku pun terpesona dengan diksimu yang sempurna di mataku. Setiap hari, aku menekan tombol love di storymu. Agar kau tahu, betapa kagumnya aku dengan rangakain diksi itu.

Suatu hari, aku membaca cerpenmu di halaman blogmu. Ada namaku disana, kisahnya sama persis denganku. Aku tahu itu, itu aku kan nona? Kau menceritakan kalau kau kagum padaku kan? Ternyata secara tidak sadar kau juga kagum pada keseharianku yangbku bagikan di storyku.

Kita sama-sama saling mengagumi. Bedanya, Aku tidak mencintaimu Nona. Aku hanya menyukai tulisanmu. Bukan dirimu! Di cerpen yang kau tuliskan, jelas sekali benih-benih cinta telah tumbuh di hatimu. Hanya karena aku membalas cetitamu, bertanya siapa dibalik tokoh cerpenmu? Rupanya kau kira, aku punya rasa padamu. Wajar kan kalau aku bertanya, karena namanya mirip denganku. Ceritanya juga  mirip denganknona. Tapi, Kau mengelak Zahra, kau bilang itu hanya nama fiksi belaka. Kau bilang ceritanya fiksi. Padahal ceritakulah yang kau abadikan di sana.

Tapi aku keberatan jika kau kecewa, karena akhirnya kau mengetahui aku punya pacar. Zahra, aku memang sudah punya pacar. Bukanknya  ini bukan urusanmu? Aku tidak pernah menyatakan cinta padamu. Ku akui waktu aku balas ceritamu aku bilang; "Semoga Allah mempertemukan kita." 

Tapi bukan berarti aku mencintaimu. Aku hanya ingin bisa bertemu dengan penulis yang tulisan-tulisannya menyentuh qalbuku.

Namun kau larut dalam perasaanmu. Kau jatuh cinta padaku. Kalaulah kau bukan muslimah yang taat pada agama. Aku sangat yakin kau berani menyatakan cinta secara langsung padaku. Aku tahu betul, kau perempuan pemberani. Teman kampusmu, yang merupakan teman akrabku. Yang sering kau ceritakan di tulisanmu dengan nama Hanif. Bercerita padaku. Kalau kau pernah menentang seorang pengajar korup di kampusmu. Syukurlah, kau itu perempuan baik-baik jadi kau pendam rasa itu. Lalu, kau tuliskan isi perasaanmu dalam sebuah bentuk fiksi. Kau berikan kode-kode kepadaku seolah-olah aku tak akan paham. Aku tahh hanya orang-orang tertentu yang bisa memahaminya. Akulah orang-orang tertentu itu, nona. Aku paham dan sangat memahaminya.

Ketika Pacarku Amelia, mulai tahu kalau aku diam diam menyukai tulisan seorang muslimah sepertimy. Dia langsung menyamar Membuntutimu. Tapi kamu berbohong kepada dunia, kau bilang dia melabrakmu. Aku tahu, kesannya memang dia seperti melabrakmu. Saat tiba-tiba dia lontarkan pernyataan yang mencurigakan. Kau anggap saat itu dia sudah melabrakmu. Padahal, dia hanya Membuntutimu. Ia ingin tahu, Seberapa dekat kau denganku. Aku jelaskan padanya, bahwa aku tidak mengenalmu. Aku hanya kenal padamu sebatas di dunia maya. Lalu, dia percaya padaku. Sebab setelah ia buntuti kau. Dia lihat. Kaulah yang salah paham padaku. Dia juga membaca cerpenmu itu Zahra. Di cerita bersambung yang namanya selalu kau jelek-jelekkan itu. Kau bilang Amelia obses padaku. Padahal tidak kah kau sadar kaulah yang terlalu terobsesi denganku? 

Amelia membaca bagaimana kau salah paham kepadaku. Lalu dia cemburu. Apalagi setelah dia lihat kau adalah wanita aktif, pintar, punya jaringan luas dan  kau kelihatan  lebih soleha daripada dia. Dia benar-benar cemburu. Ia menyamar menguntilimu. Padahal, aku hanya mencintai dia. Tapi dia curiga. Itu semua karenamu. Karena kau terlalu jauh mengedepankan perasaanmu. Terobsesi pada cinta khayalmu.

Aku tahu, kau kagum padaku karena ketampananku kan? Aku memang tampan nona. Hanya musuhku lah yang tak mengakui ketampananku ini. Kamu tak mungkin mencintaiku sedalam itu, hingga kau abadikan dalam setiap halaman blog terbarumu. Jika kau melihat akhlakku. Kita berdua tahu betul, kalau kita tak pernah bertemu. Lantas kau terka-terka sifatku. Kau karang-karang, Kau mirip-mirip kan sifatku dengan sifat Laki-laki idamanmu.

Nona Zahra, tahu kah kau. Aku biasa menggunakan kalimat-kalimat indah yang kata-katanya seperti gombalan kepada banyak orang. Bukan kamu saja! Bagiku bercerita dan bicara ada seninya. Bahkan dengan orang yang belum dikenal sekalipun. Aku biasa beramah tamah dengan menggunakan bahasa yang kau anggap "Puitis" Bagiku bercerita dengan gaya itu adalah tehnik marketing. Agar aku punya banyak relasi. Ternyata kau malah mengira itu tehnik mendekati wanita.

Zahra, aku bukanlah laki-laki yang kau gambarkan di Tulisanmu. Aku sama dengan yang lain, aku memang tertarik padan perempuan baik, soleha dan lugu sepertimu, tapi jujur aku tidak bisa mencintaimu. Sebab cintaku hanya milik Amelia seorang. Hari dimana aku menyadari, bahwa kisah ini sudah terlalu jauh. Aku pun memilih menjauhimu.Aku hapus akunmu dari pengikutku dan aku tak mengikutimu lagi. Aku tahu hingga kini kau masih diam-diam memantauku lewat akun anonim.

Zahra Zakiatunnisa, kalau boleh jujur. Semakin hari kau memang semakin menarik. Apalagi saat kulihat kau tampil dengan sedugang prestasi epik. Setiap hari, imanku tergoda olehmu. Oleh tulisan-tulisanmu yang membuatku ingin menjadikanmu istri keduaku kelak. Tapi aku berkaca, perempuan sepertimu. Tak layak bersamaku. Aku mencintai Amelia. Tak ingin melepaskannya. Meskipun dia tak sebaik kamu. Tapi, aku yang akan jadikan dia nanti sepertimu. Sementara kau tak mungkin bisa menjadi dirinya. Sebab dia Satu-satunya di luas samudera dan benua dimanapun berada.

Kau kecewa, ketika kau lihat aku dan Amelia boncengan. Air matamu tumpah. Sejujurnya sebelum matamu melirik ke arahku. Aku tahu kau ada di warung itu. Kulihat kau sedang menunggu pesananmu. Lalu dengan sengaja, aku bermesraan dengan Amelia. Agar kau bisa lihat bagaimana kenyataan yang sesungguhnya. Malamnya, seperti biasa kau tuliskan kejadian itu di dunia fiksimu. Kau bilang setelah melihatnya. Kau mengadukanku pada Tuhanmu.

Barang kali, dasyatnya doa-doamu telah menggetarkan jiwaku Nona. Aku pun mulai punya rasa terhadapmu. Tapi lagi-lagi dengan menggunakan Logika. Aku tak mau menyakiti Amelia yang sudah lama bersamaku. Aku juga tak mau melukai hatimu setelah kau tahu, aku bukanlah orang yang pantas untukmu. Keseharian yang kau lihat di sosial mediaku hanya fatamorgana belaka. Aku percaya kisah keberanian  dan prestasimu itu bukanlah fana seperti apa yang kutampilkan. Hanif sendiri menyaksikan dan menceritakan bahwa kau memang berbeda dari wanita-wanita lainnya.

Nona, Hentikan khayalanmu! Kau bilang aku dan kau bertemu di sebuah masjid. Padahal itu hanya hayalan saja. Kenyataannya kita sama-sama tahu. Hingga kini pun kita tak pernah saling bersua. Kau terus tuliskan bahwa dirimu sudah tak mencintaiku. Tapi esoknya, kau tuliskan lagi bahwa kau rindu padaku. Sudahlah! Jujur saja nona, kau tak bisa move on kan? Aku tahu aku memang setampan itu. Hingga sulit dilupakan.

Nona, sudahilah khayalmu! Sebab aku tak seperti ekspektasimu. Meskipun setelah kenal denganmu aku memang berusaha menjadi orang yang kau harapkan. Tapi jujur saja, aku merasa aku dan kau tak pantas bersanding. Pun, aku sudah menikah dengan Amelia. Aku sudah melupakanmu. Jadi tolong Zahra, came on, move on Sis!

Zahra, tahukah kau. Setelah mengenalmu. Aku menjadi malu berboncengan dengan pacarku sendiri. Sebab kau bilang di tulisanmu itu bagian dari khalwat. Apalah itu, aku tak tahu. Yang jelas kau bilang di tulisan itu. Itu perbuatan yang tidak di sukai Tuhan.

 Bahkan di tulisanmu aku mulai sadar. Ternyata, pacaran itu Tuhan larang. Perlahan-lahan Nona, aku belajar banyak hal darimu. Terutama soal agama. Apakah kekuatan doamu yang membuat hatiku jadi condong memikirkanmu?

Tapi, apalah daya nona. Kau terus saja mengedapankan perasaanmu. Yang Aku yakin persaan itu akan sirnah saat aku dan kau bertemu. Sebab alasanmu mencintaimu belum ada padaku. Kudengar, kini kau telah bertumbuh. Banyak pengalaman yang sudah kau lalui. Tapi nona, aku juga tahu. Kau belum berpindah ke lain hati.

Maka dengan surat ini, aku sampaikan. Aku sudah menikah dengan Amelia. Seperti nasihatmu pada tulisan fiksimu. Kau suruh aku untuk menikah kan? Katamu agar tidak zina. Akhirnya hubungan kami halal dimata agama. Maka kumohon nona. Berhentilah! sudahilah khayalmu untuk bersanding denganku. Meski aku ingin, semua itu tak akan terjadi.

Fokuslah pada masa depanmu. Aku pernah dengar kata Ulama"Perempuan jika tidak sibuk dengan ilmu, maka akan sibuk dengan perasaan-persaannya" Semantara kau nona. Kau sudah amat padat kesibukanmu dengan ilmu. Tapi masih saja, kau selipkan waktu untuk merindukanku.

Nona, Akhiri semua khayalmu. Sebab sekarang ada hati yang harus aku jaga. Dan kau, ada hati yang diam-diam menginginkanmu. Buka matamu nona. Kau perempuan pintar kan? Maka tunjukan kepintaranmu dengan melupakan perasaanmu terhadapku. Tapi, kalau aku boleh meminta. Jangan hapuskan namaku dari kisah perjalananmu, sebab yang terjadi diantara kita terlalu manis untuk dilupakan.

Kau ingat, kau pernah bilang di storymu bahwa jika kau tidak bisa menjadi madrasah untuk anak-anak kita. Maka, kau akan berdoa kepada Allah agar kau menjadi guru dari anak-anak ku. Aku pun berharap demikian nona. Semoga kau yang akan mengajari anak-anak ku nantinya. Tapi tolong hapuskan semua kenangan cinta itu. Kalau bisa nona, janganlah kau membuat wanitaku cemburu.  Hapuslah harap-harap semu yang kau tunggu. Aku sudah menikah dengan Amelia, tepat saat kau mengarang kisah pertemuan kita. 

Aku sudah jujur pada Amelia, bahwa aku mengagumi tulisanmu dan ia izinkan bila kelak nanti  kami memiliki anak. Akan kami beri nama anak kami dengan namamu, Zahra Zakiatunnisa. 

Muhammad  Al- Fazawaz Naza Aqmal

Padangsidimpuan, 20 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun