Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Akhirnya Kita Bertemu Tuan

13 September 2024   15:22 Diperbarui: 13 September 2024   15:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan, kupikir cerita kita sudah selesai. Tapi, ternyata tidak. Ternyata Tuhan masih terus membuat cerita diantara kita. 

Suatu hari, di sebuah masjid ketika selesai kajian muslimah. Aku duduk  sambil meminum air putih yang kubawa. Lalu Aku berdiri  karena mencari temanku Uci dan Imah. Saat berdiri tuan, aku malah menemukanmu persis di depan mataku. Jarakku hanya sekitar lima senti dari tempatmu berdiri. Kita saling bertatapan  satu sama lain, seketika angin berhembus membawaku pada suasana syahdu. Sungguh, ini tak pernah kualami. Lagu Satu Bulan milik  Bernadya terdengar di telingaku. Aku tak tahu siapa yang memutar lagu seperti itu di masjid ini. 

"Astaghfirullahalazim" Ucap kita berdua, saat kita mulai sadar.

"Kamu Zahra kan? " Tanyamu padaku tuan. 

Aku menganggukkan kepala. Sambil berusaha tenang akan kehadiranmu di hadapanmu. Andai kau tahu tuan, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Mulutku pun kaku, saat kau nyata ada di depanku. Itu pun saat rasaku sudah tak lagi ada buatmu. 

"Aku Naza, kamu kenal aku kan? Kita pernah chatingan" Ucapmu lagi tuan. 

Tentu saja aku mengenalmu tuan, aku juga masih ingat setiap ceritaku denganmu. Awalmula kau datang dalam hidupku juga drama yang dibuat oleh kekasihmu. Aku masih ingat semua itu. Aku juga masih ingat saat kamu dan kekasihmu itu saling tertawa di sebuah sepeda motor milikmu. Aku masih ingat betapa perihnya hatiku saat itu. Perih, karena ekspektasiku tentangmu terlalu jauh. 

Baca juga: Selesai Tuan

"Oh iya, Gak nyangka yah bisa ketemu disini" Jawabku canggung. 

Kamu tersenyum padaku. Sementara aku mulai berpikir bagaimana caranya agar aku lari darimu. 

"Aku sudah baca cerpen-cerpenmu. Ada yang namanya  Amel mengganggumu kan? Tolong maafkan dia yah. " Ucapmu padaku. 

"Amel siapa? " Kataku pura-pura tidak tahu. 

"Kekasihku" Ucapmu tuan. 

"Mungkin dia kira tulisan-tulisanmu itu untukku karena itu dia jadi sensitif. Maafin dia yah" Katamu padaku tuan. 

Lalu bagimana caraku memaafkanmu atas harap-harap semu yang kau pernah kau berikan tuan? Kemarin aku bertemu Hanif, dia bilang dia cuti kuliah karena dia sudah tak punya kerja. Sekarang pun bahkan Hanif tak lagi bersamamu tuan. Padahal dia adalah teman dekatmu kan? Syukurlah Hanif tak pernah tahu tentang cerita diantara kita. 

"Oohh.. Amel yang itu, gak papa kok. Yah, namanya juga perempuan pasti sensitif. Takut pacarnya diambil orang" Ucapku  berusaha tersenyum. 

"Tapi, tulisan itu bukan untukku kan? " Katamu tuan. 

Waktu terasa berhenti saat pertanyaan itu kau lontarkan padaku tuan. Lagu satu bulan Bernadya, sudah berubah menjadi lagu sinyal-sunyal miliknya.  Kekonyolan apa ini tuan, kamu tanyakan ini kepadaku? Aneh! Sudah jelas-jelas tulisan ini untukmu tuan. Lalu, sinyal selama ini kau berikan kepadaku. Oh, aku lupa kan selama ini siny itu bukan untukku yah? Barangkali lirik lagu Bernadya kali ini sangat sesuai dengan keadaanku. Mungkin aku terlalu perasa, benar kan tuan? 

"Oh.. Ah.. Hmm.. Tentunya bukan kau dong, kenapa aku harus menulis tentangmu. Kita kan baru ketemu" Kataku.

 Sialnya tuan, perasaan gugup itu tak bisa kulepaskan. 

"Ooh.. Jujur sih, aku kira tulisan itu untuku" Katamu. Itu sangat mengejutkan jantungku. Lagu Bernadya itu terus saja berganti, kini yang terdengar adalah lagunya yang berjudul Terlintas. 

Mataku dan matamu menyatu. Selama ini aku hanya menduga-duga soal kata rasa yang pernah kita ucapkan bersama. Namun, hari ini aku bisa lihat jelas dimatamu ada cinta untukku tuan. Tapi, barangkali itu cuma khayalanku.  Sama seperti dulu ketika aku menganggapmu mencintaiku. Mungkin, Juga karena bisikan setan yang terkutuk. 

"Hahaha... Kaalau gitu kamu kepedean sih. Memang beberapa orang merasa kalau tulisan itu untuknya. Aku banyak dapat DM orang-orang yang merasa yang di tulisan  itu. Mungkin karena namanya mirip, kejadiannya, atau karena tempatnya yang sama. Jadi mereka berpikir mereka yang ditulis disitu. Gitu juga dengan kamu" Kataku menghela napas. 

Tuan, asal kamu tahu saja. Sebelumnya aku pernah juga berteman di instagram dengan seorang pria temannya temanku. Orangnya tampak baik, mungkin dia sering baca cerpenku juga. Dia pernah bertanya tentang siapa yang ada di tulisan itu. Kebetulan namanya Naza juga tuan. Hehehe... dia berpikir itu dia. Padahal, mana mungkin aku sebodoh itu menuliskan cerita fiksi dengan nama yang senyqta itu kan tuan? Tepat dihari ketika aku menceritakan kejadianmu dengan Amel. Pria itu memblokir ku tuan, yah wajar saja mungkin kesamaan nama telah menyinggungnya. Bisa jadi dia merasa aku telah mencemarkan nama baiknya. Tapi biarlah tuan, namanya juga manusia kan. Manusia memang suka berprsangka. 

Lalu, setelah kau dan Amel mulai bersatu tuan. Aku dapat DM yang aneh-aneh. Kemarin ada akun bodong yang mengomentari tulisanku. Dia bilang tulisanku bodoh. Ada juga perempuan bernama Amel memaki-makiku. Dia pikir Amel itu dia. Atau kawanku bernama Asyila mengira Asyila dicerita ini dia. Hmmm... Namanya juga fiksi tentu saja aku bebas Berimajinasi kan tuan? 

Tuan, Ada juga seorang perempuan yang  tiba-tiba minta maaf kepadaku tiada angin dan tiada hujan. Perempuan itu meminta maaf kepadaku. Katanya dia mungkin pernah membicarakaku dengan orang lain. Apa  jangan-jangan dia ada hubungannya denganmu tuan? 

Atau dia adalah orang yang salah sangka dengan tulisanku seperti yang lainnya? Entahlah tuan. Aku pun tak terlalu memikirkannya. Sekarang, yang kupikirkan adalah bagaimana caraku bisa lari dari hadapanmu sekarang ini. 

"Maaf, aku ada urusan... Aku pergi dulu yah"kataku. 

Lalu tuan, kau menghalangi jalanku. Ada apa denganmu tuan? Bisakah kau jangan lagi membangkitkan rasa yang sudah mati! Aku hanya ingin laki-laki baik di dalam hidupku tidak sepertimu. 

"Ada apa memangnya? " Katamu. Tuan jujur saja,tatapanmu itu membuatku takut. Ini masjid tuan, tapi kenapa kau sangat nyaman mengajakku ngobrol seperti ini?. 

"Eeee..., Ini apa yah. Kok Aku dihalangi? " Kataku. 

Aku mulai kesal pada diriku sendiri kenapa aku tak bisa mengendalikan perasaan gugup ini?

"Zahra, aku tahu yang ada ditulisanmu itu aku kan? Amel yang kau tuliskan itu juga Amel pacarku kan? " Ucapmu. 

Guntur sekarang sudah ada di kepalaku. Mengapa aku dan kau harus berada diposisi seperti ini tuan? Aku mencintaimu tapi itu dulu tuan, saat aku tahu kamu pacaran. Aku tak lagi memeiliki rasa. Semudah itu Allah membolak-balik hatiku. 

Aku hanya diam dengan pertanyaanmu itu. Karena tulisan itu memang untukmu.

"Jawab Zahra" Katamu. Kulihat air mata menetes di pipimu. 

"Kamu kenapa menangis? " Tanyaku. 

"Jika benar itu adalah Aku. Maka, kamu harus tahu Zahra. Aku juga punya rasa terhadamu. Sama sepertimu yang merindukan hari dimana Allah mempertemukan. Aku juga demikian. Aku mengagumimu, bahkan meskipun kita tak kunjung bertemu. Tapi sayangnya, Orangtuaku memaksaku menikah dengan Amel, Zahra. Aku tidak punya pilihan. Aku minta maaf" Katamu kepadaku tuan. 

Lagu Bernadya, entah siapa yang memutarnya  sekarang sudah berhenti. Suara Adzan magrib mulai terdengar. Air mata membasahi pipimu tuan, aku bisa melihat ketulusanmu. 

"Menikahlah dengannya Tuan, jangan kecewakan orangtuamu! Berbaktilah kepada oramgtuamu! Lupakan Aku! Karena tepat ketika aku melihatmu bersamanya. Aku sudah tak punya rasa lagi. Pun kau dengan tak punya malu menyampaikan rasamu hari ini. Hari dimana kau sudah akan menikah dengannya. Maka, Menikahlah! Buang semua rasa yang kau punya. Ini waktunya cerita diantara kita selesai  selama-lamanya. " Ucapku kepadamu. 

Lalu, aku pergi tanpa peduli lagi dengan air mata yang membasahi pipimu. Sholat maghrib lebih penting, dari pada sekedar be romantis kata dengan orang yang bahkan tak halal bagiku. 

Aku sudah ikhlas kau pergi dari hidupku selama-lamanya tuan. 

Tapi dalam keikhlasnku pun aku masih mendoakan yang terbaik untukmu. Maka setelah sholat magrib, aku berdoa. Agar kau tak menjalin hubungan haram dengan siapa pun. Jika pun kau akan bersama Amel, semoga kamu dan segera menikah. Itu saja tuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun