Saat kau dan aku bukan lagi sepasang kekasih. Tigor pun menikah dengan perempuan pilihan ibunya, aku datang waktu itu dipernikahnnya. Kau juga Zulaiha, aku ingat betul. Matamu berlinang dan berkaca waktu itu. Saat kutanya kamu kenapa. Kamu malah bilang, matamu kelilipan. Jadi, ini alasan mengapa matamu berkaca waktu itu, Zulaiha?
 Mengapa kau dan Tigor tak jujur saja padaku Zulaiha? Kalian kini menempatkan posisiku menjadi seorang penjahat di kisah cinta kalian. Aku tak masalah, jika kisah cintaku hanya sepihak. Bagiku kebahgiaanmu adalah nomor satu. Jika aku tahu, bahwa selama dua tahun hubungan kita kau tak Bahagia. Aku tak mugkin mengungkap kan perasaan itu padamu Zulaiha. Aku lebih suka, kita menjadi sahabat dibandingkan aku dan kamu menjadi asing.
Aku lalu bertanya apa Tigor tahu kalau kamu ada di rumah sakit jiwa. Zahra dan Gio bilang tidak. Karena Tigor sudah pergi ke kota istrinya. Barangkali Tigor sudah ikhlas dengan takdirnya. Pertanyaanku selanjutnya kepada sepasang kekasih ini adalah mengapa ibu tirimu sampai hati mengirimmu ke rumah sakit jiwa? Zahra bilang itu hanya trik agar kamu tersingkir. Sebab kamu adalah putri satu-satunya dari ayahmu. Lantas, mengapa ayahmu setega itu. Hingga percaya kalau kamu gila Zulaiha?
Rupanya.setelah pernikahan Tigor. Kamu sering diam dan melamun. Sehingga kamu sulit untuk fokus. Hal itu menjadi alat buat ibu tirimu untuk bisa memasukkanmu ke rumah sakit jiwa. Saat, ibumu menyuruh kamu mengambil pisau. Waktu itu, tepat di depan ayahmu. Ibu tirimu teriak-teriak meminta tolong. Seolah kamu akan membunuhnya.
Aku tak menyangka begitu banyak kabut hitam menimpa hidupmu Zulaiha. Aku segera ke rumah sakit jiwa yang Zahra dan Gio sebutkan. Saat tiba di gerbang, dua orang satpam berseragam hitam menghentikanku. Mereka bilang, aku tak bisa berkunjung. Karena sudah malam dan hari ini bukan waktu untuk berkunjung. Jika menunggu besok aku tak bisa Zulaiha. Sebab, besok aku sudah harus berangkat ke Jepang untuk menyelesaikan studi S-2ku. Maka segera kutuliskan surat ini kepadamu Zulaiha. Menggunakan pena berwarna biru pemberianmu yang setiap saat aku bawa  di saku celanaku.
Kutitipkan surat ini pada dua satpam itu. Bersama sebungkus siomai kesuaanmu yang kubeli  saat perjalanan kesini. Satu hal yang harus kamu tahu Zulaiha. Aku mencintaimu dengan tulus. Aku juga akan mengirim pengacara untuk menuntut ibu tirimu.dia harus menerima balasan atas perbuatan kejinya itu.  Agar kamu juga bisa bebas dari penjara yang mungkin sudah membuat mentalmu yang tadinya hanya luka biasa, menjadi luka yang amat dalam. Sehingga kamu benar-benar terasa jadi gila. Sabar ya Zulaiha, setelah dari sini. Aku akan langsung menghilangkan kabut hitam itu dari hidupmu. Aku pun akan pergi menemui ayahmu dan membuat dia sadar betapa konyolaya dia telah dibodohi oleh istri mudanya. Aku pun akan pastikan bahwa teman seperti Jumi tak kau dapatkan lagi. Sebab dari ekpresinya saja aku bisa tahu. Dia bukan teman yang baik untukmu. Kalau mau, aku juga akan membujuk Tigor agar dia menceraikan istrinya dan menyatukan cinta kalian yang tak kunjung bersatu.  Zulaiha, hari esok saat kau membuka mata. Aku akan pastikan kebahagiaan menyelimuti hidupmu.
Salam dari Irgi orang yang akan selalu mencintaimu.
Jakarta, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H