Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Artikel Utama

Cerpen: Mimpi dan Overthinking

2 Maret 2024   20:19 Diperbarui: 22 Maret 2024   21:12 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nona, Aku sudah membaca semua tulisan-tulisanmu tentangku. Sudah kubaca pula, alasan mengapa engkau membuat story-story tentang mundur selama ini. 

Rupanya, Amel sudah mengusikmu kan Nona? Di pagi-pagi buta, dia melabrakmu tanpa alasan. Nona, aku sudah paham dan mengerti semua sinyal yang kau beri di tulisanmu. Itu untukku kan nona? Namun maaf Nona, aku pura-pura tak paham. 

Nona, Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Pertama; Aku memang sering menyebut namamu di hadapan Amel. Kadang-kadang, Aku mengira Kau adalah Amel. Sebab, aku sering mengingat dirimu nona. Aku sering salah sebut, mengira Amel adalah dirimu. 

Kedua; Aku dan Amel memang punya hubungan nona. Dia memang, kekasihku nona. Kemudian Ibu dan ayah merestui hubungan kami juga nona. 

Lalu, aku menolak untuk melanjutkan hubungan terlarang itu dengannya. Sebab, aku tak ingin terjerumus lebih dalam lagi pada dosa.

Nona, kau benar! Aku memang punya rasa terhadapmu. Apalagi terhadap tulisan-tulisanmu yang membuat aku candu. Meski sekali pun kita tak pernah bertemu. Aku sudah jatuh suka terhadapmu, sejak tulisan pertamamu.

Nona, setiap malam aku tak bisa tidur. Tanpa melihat storymu. Tanpa menstalking akun igmu. Tanpa mebaca situs blogmu yang berisi tulisan-tulisanmu. 

Aku demikian pensaran, kamu sedang apa hari ini? Aku tak mengerti, kenapa rasa ini ada. Meskipun aku dan kamu tak kunjung bersua. 

Setiap hari pun, tak terlepas dengan hariku mendoakan agar Allah mempertemukan aku dan kamu. Sedemikian besarlah nona! keinginanku untuk bisa bersua denganmu. 

Aku pernah melihat dirimu, di sosial media. Hanif musuhmu yang adalah kawan dekatku. Menceritakan sosokmu yang pemberontak dan tegas dalam berpendapat. Kata Hanif, kau juga wanita yang cerdas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun