Nona, aku minta maaf. Karena mencoba pura-pura menjadi laki-laki soleh. Demi mendapatkan hatimu. Kini aku sadar nona, aku hanyut dalam cinta sucimu.Â
Barangkali, doa-doamu di langit tengah mengalahkan niat busukku untuk memilikimu. Kini aku tengah sadar nona.Â
Aku tak pantas sama sekali berada di dekatmu. Apalagi berharap memilikimu. Kau sangat baik dan terlalu baik, untuk aku yang terjun dalam dua wajah. Kau tak suka orang munafik kan nona? Tapi aku munafik nona. Bahkan aku sering membohongi diriku sendiri.
Nona, aku pamit. Izinkan aku untuk menjauh darimu. Jangan rindukan laki-laki pendosa, yang Allah tutup aibnya seperti aku ini.Â
Sibukkanlah dirimu dengan ilmu nona. Di sini aku akan mendoakanmu, agar kamu dipertemukan dengan laki-laki yang pantas jadi imammu.
Nanti nona, jika aku jadi menikah dengan Amel, aku akan bimbing dia. Agar dia menjadi wanita sepertimu. Sebab, rupa tiada lah berharga nona.Â
Akhlak dan agama yang baik yang bisa menjadikan bahtera rumah tangga menjadi indah kan nona. Aku ingin jadikan Amel, menjadi wanita sepertimu yang berani dan juga luas wawasannya. Wanita yang tujuan hidupnya adalah surga-Nya.
***
"Aku bermimpi Naza, mengatakan itu semua kepadaku Sya" kataku pada Alisya.Â
Aku dan Alisya tengah duduk, sebuah bale-bale ditemani segelas air putih.
"Kenapa endingnya, di mimpimu. Naza kayak buaya darat yah?" Ucap Alisya.Â