Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tentang Taman Kota Baru Itu

11 Februari 2024   01:24 Diperbarui: 11 Februari 2024   07:39 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo Kak Ammi, kasih jurus s holawat kita itu" Indah menggodaku.  

Lalu, ketiga anak konyol itu menantangku untuk menceramahi kedua pasangan yang sedang berkelahi itu. Karena merasa tertantang,  Aku pun dengan santainya mencermati mereka. 

"Assalamualaikum kak, Kak pacaran itu kan dosa. Apalagi pacaran di gelap-gelap.  Malam-malam begini. Apa kakak berdua gak sayang nengo orangtua kakak. Saya saja masih kecil.  Tahu, pacaran sama dengan zina" kataku. Berlagak seorang Ustadzah yang sedang menasihati jamaahnya. 

Barang kali, Aku baru tahu. Betapa gobloknya Aku saat dulu. Aku bahkan tidak tahu, kalau ternyata dua pasangan yang kuceramahi itu adalah pasangan suami istri. 

Karena lelah, kami suka berhenti di depan geraja katolik. Tepat disamping rumah makan madina, ada sebuah ruko. Kami suka singgah disitu, untuk menyambung obrolan kami yang begitu seru. Kami suka bicara soal mimpi dan cita-cita disana. 

Setelah kami sadar malam sudah semakin tak ramah. Kami pun pulang ke rumah kami masing-masing. Sambil menceritakan hal-hal seru yang kami alami di jalan. Seperti Intan dan Dinda. Dua anak konyol itu, suka sekali menggoda laki-laki di jalan. Baru saja, ada seorang tukang sate yang masih muda. Terjebak dengan ucapan kedua anak gadis itu. Kami tak henti-hentinya tertawa. Padahal saat itu Intan masih satu SMP. 

Setelah Aku duduk di kelas 3 SMA. Lia dan Intan sudah 3 SMP pula. Annisa Musinnah semakin jarang kelihatan. Sekarang, hanya Lia yang tersisa. Kalau Aku dan Lia punya masalah atau punya emosi yang harus di ungkapkan. Kami suka jalan-jalan pakai kaki. Di sepanjang jalan,  kami mengungkapkan apa yang ingin kami ungkapkan. Jika lelah, kami singgah.  Tempat favorit kami adalah di Masjid raya Al-abror.  Dulu, itu masih belum secantik yang sekarang ini. Itu tempat kesukaaanku dan Lia.  

Jika lelah, kami singgah di depan gereja. Ada sebuah ruko di depannya ada semacam keramik  yang tinggi. Jadi seperti halte, yang bagus untuk diduduki.  Kami suka membayangkan andai taman kota di bangun disini. Agar kami tak perlu jauh-jauh ke pasar untuk menikmati suasana malam alun-alun. 

"Andai, dibangun disini kan taman kota. Kita jadi bisa cerita-cerita disini kalau malam. Gak perlu jalan-jalan kayak Narittik (Orang gila)" Kata Lia. 

"Iya kan" kataku. 

Sekarang,  Aku sudah hampir mau lulus kuliah. Maksudku, Aku sudah di semester tua. Lia, dia sudah bekerja. Kami jarang bertemu. Walaupun kami tetanggaan. Hanya Lia teman akrab yang bisa kuceritakan semua perasaan. Sedih, bahagia, suka, dan duka. Aku bercerita pada Lia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun