Mohon tunggu...
Rahmita AdindaRizky
Rahmita AdindaRizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad 2022 yang memiliki minat di bidang media dan sangat tertarik dengan update berita terkini

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Klik, Pindai dan Sebarkan: Rugikan Banyak Pihak

26 Juni 2024   00:19 Diperbarui: 26 Juni 2024   00:20 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 2023 Kementerian Komunikasi dan Informatika menangani 1.615 isu hoaks.  Penyebaran isu hoaks masih belum berkurang dari tahun sebelumnya yaitu 1.528 yang ditemukenali. Hal ini disebabkan karena banyaknya masyarakat yang tidak melakukan cross check sebelum menyebarkan suatu informasi, apalagi informasi yang viral atau sedang ramai diperbincangkan. 

Belum lama ini media sosial lagi-lagi dihebohkan dengan video yang beredar di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Video tersebut menunjukan seorang security memukul seekor anjing di pinggir jalan. Video berdurasikan 15 detik itu sukses mendapatkan banyak viewers di berbagai platform. Perhatian masyarakat berhasil teralihkan dan beramai-ramai meninggalkan komentar buruk. Tak ketinggalan salah satu selebriti Indonesia pun turut membagikan video viral tersebut. Masyarakat menganggap security tersebut dengan sengaja melakukan kekerasan pada anjing. Buntut dari kesalahpahaman ini adalah pihak pusat perbelanjaan memecat security tersebut dan memutus kerjasama dengan pemberi jasa security. 

Tidak lama dari pengumuman pemecatan tersebut, kembali beredar video yang memperlihatkan kejadian secara lengkap dan video klarifikasi dari security yang ada dalam video viral tersebut. Dengan beredarnya video tersebut, maka terungkap kebenaran dari viralnya seorang security memukuli anjing. Video tersebut memperlihatkan bagaimana security melerai anjingnya, Fay yang secara tiba-tiba menggigit anak kucing.

Di Indonesia, hal seperti ini sudah seringkali berulang dan tak jarang menimbulkan korban. Problem masyarakat bukan  pada bagaimana mendapatkan berita, melainkan kurangnya kemampuan  mencerna  informasi  yang benar (Syuhada, 2018). Kejadian dimana suatu isu viral di internet dan membuat pihak-pihak tertentu mendapat hujatan bahkan sampai mendapatkan sanksi di tingkat profesional mereka. Maraknya jurnalisme warga yang tidak paham mengenai kode etik jurnalisme menjadi salah satu penyebab dari masalah ini. Masyarakat secara sadar memposting hasil tangkapan video mereka, dengan maksud mendapatkan viewers tanpa pikir panjang terhadap konsekuensi yang akan ditimbulkan. Berkurangnya minat masyarakat terhadap literasi digital juga menjadi permasalahan. Masyarakat akan mudah termakan informasi yang memperlihatkan masalah utama pada kanal pemberitaan. Setelah melihat video dan menganggap hal tersebut merupakan suatu tindakan yang salah, maka masyarakat akan terbawa untuk membagikan informasi tersebut di media sosial pribadi mereka. Akibatnya akan timbul hoaks yang berlipat ganda. 

Masyarakat dituntut untuk lebih bijak dalam menyebarkan informasi. Pada era 4.0 ini masyarakat tidak dapat mengontrol berita-berita mana yang akan menyebar dan masuk ke gawai mereka, namun masyarakat dapat memilah secara lebih kritis berita yang dibaca dan mencari sumber lain mengenai isu yang beredar. Masyarakat akan menganggap berita yang beredar benar jika disebarkan oleh banyak orang, padahal seberapa banyak pun berita disebarkan tidak bisa menjadi tolak ukur suatu isu/berita tersebut benar. 

Melihat banyaknya orang yang dirugikan karena tersebarnya hoaks, seharusnya sudah bisa dijadikan acuan dan pelajaran untuk masyarakat agar lebih hati-hati dalam membaca dan menyebarkan suatu informasi. Sudah terdapat banyak cara untuk mencegah perkembangan dan pelipatgandaan hoaks di Indonesia. Salah satu yang paling penting dan bisa dilakukan adalah dengan tidak mudah percaya kepada satu sumber. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah juga belum bisa membuat penyebaran hoaks di Indonesia berkurang dari tahun ke tahun. Perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah dan solusi baru dalam mengatasi kasus kesesatan informasi ini. Meskipun peran pemerintah besar dalam hal ini, masyarakat juga harus turut andil agar upaya pemerintah tidak menjadi upaya cuma-cuma dan sebelah tangan. Kita semua harus bersama-sama melawan dampak buruk dari perkembangan teknologi ini agar tercipta masyarakat yang harmoni. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun