"Mau dipakai untuk apa ya tahun ini? Kira-kira dapat berapa ya?"Â
Kurang lebih kalimat diatas adalah pertanyaan yang hadir setiap tahunnya saat bulan suci ramadhan sudah sampai di ujung jalan. Menjadi sebuah games teka-teki yang akan segera terjawab dalam hitungan jam.Â
Pasti tak asing bukan dengan uang lebaran?
Ada banyak ciri khas yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia ketika lebaran hadir menyapa, mulai dari halal bihalal, tradisi makan ketupat dengan opor ayam dan rendang, tradisi baju lebaran, mudik, hingga uang lebaran yang selalu meramaikan kemeriahan hari raya umat muslim. Bak kehujanan berlian, momentum bagi-bagi uang lebaran yang hanya ada setahun sekali ini dimanfaatkan oleh semua kalangan. Mulai dari balita yang belum paham hingga orang dewasa yang sangat mahir memanfaatkannya. Tradisi uang lebaran ini biasanya diberikan kepada kerabat/saudara saat bertemu dan bersilaturahmi. Hal ini menunjukan rasa kasih sayang kepada sesama dan saling menghargai satu  sama lain. Uang lebaran ini biasanya diberikan sudah berbentuk amplop khas hari raya menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kiri menadah di bawahnya sebagai bentuk penghormatan.Â
Uang lebaran atau lebih awam disapa sebagai salam tempel sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan masyarakat. Budaya yang sudah ada sejak lama ini disebut-sebut sebagai peninggalan budaya China yang memberikan angpao di hari besar mereka. Selain menjadi kebiasaan, pemberian uang lebaran kepada anak-anak digunakan sebagai 'hadiah' atau apresiasi karena sudah berpuasa selama satu bulan penuh. Terkadang uang lebaran juga sebagai iming-iming atau motivasi yang diberikan orang tua kepada anaknya agar mau belajar untuk berpuasa.Â
Bagi-bagi uang lebaran ini tak jarang menuai pro dan kontra, mulai dari ajang minta-minta hingga ajang adu nasib. Adu nasib yang terjadi bukan dalam konteks buruk, hal ini terjadi karena banyak orang yang saling beradu komentar di media sosial X mengenai jumlah uang lebaran yang mereka dapatkan. Dari komentar-komentar tersebut menghasilkan satu statement yang ternyata disetujui oleh banyak orang yaitu 'semakin tua usianya maka akan mendapatkan semakin sedikit uang lebaran.' Adapun cuitan dari salah satu akun dengan handle @convomfsÂ
"P adu THR gue dapet 35 ribu umur 19"Â
Cuitan tersebut berhasil mendapatkan respon beragam dengan total likes 10 ribu dan komentar sebanyak 5 ribu. Salah satu warganet dengan akun @fanadddy turut berkomentar,
"Sejauh ini 180 ribu umur 17 karena gw perginya sama kakak + ponakan, jadi banyak yang bilang 'kamu udah gede gausah ya, buat dedenya aja' untung gw udah nyiapin mental sampe-sampe yang masih ngasih gw THR gw bercandain 'eh ternyata masih kejatah dapet THR ya' wkwk."Â
Aisyah (8), "Aku dapet lebih dari 800 ribu tahun ini, lebih banyak sih kalo dari tahun lalu." Tuturnya saat ditanya.Â
Berbeda dengan Aisyah, Iffa (14) sang kakak menjelaskan bahwa benar keluarganya memang selalu ada tradisi uang lebaran. Uang yang ia dan adiknya dapatkan selalu berbeda dari tahun ke tahun. Iffa menjelaskan tradisi keluarganya adalah memberikan uang lebaran ketika ingin pamitan untuk pulang.Â
"Aku setuju sih kalo semakin tua semakin dikit, soalnya tahun lalu aku dapet hampir 700 ribu tapi tahun ini aku dapet cuma 500 ribu aja hehe, terus tahun lalunya aku dapat lebih banyak dari 700 ribu." Ujarnya.Â
Daniar (22) juga merasakan hal yang sama dengan Iffa, ia mempertanyakan mengapa semakin tua malah semakin sedikit uang yang didapat. Padahal menurutnya dengan usia yang semakin bertambah maka semakin banyak juga kebutuhan yang diperlukan. Ia juga menambahkan bahwa semakin dewasa maka tiap momen lebaran tiba akan menjadi sebuah tanggung jawab baru untuk memberikan saudara atau kerabatnya uang lebaran.Â
Keluarganya sendiri memiliki tradisi yang unik setiap hari raya dalam hal pembagian uang THR. Ia menyebut meskipun nominalnya selalu berkurang seiring bertambahnya usia, ia tetap bisa merasakan kehangatan di dalamnya. Justru momen ini yang selalu dinanti ketika lebaran tiba.Â
"Setiap lebaran kita biasanya kumpul di rumah nenek, saling maaf-maafan, makan bareng, ngobrol-ngobrol sambil nunggu semuanya datang. Terus kalo udah lengkap biasanya ada satu orang yang mulai teriak nyebut nama salah satu diantara kami, lalu akhirnya semua orang mendatangi orang tersebut sambil berebutan untuk antri.Â
Setelah itu secara bergantian kami diberikan amplop deh, itu dilakukan berulang sampai semuanya ngebagiin uang lebaran. Itu seru banget, yang bikin seru tuh momen kita saling teriak nama satu sama lain terus berujung desak-desakan dan antri." Tukas Daniar.Â
Melalui berbagai cerita tentang tradisi dari setiap keluarga menciptakan kebersamaan, muncul kesimpulan bahwa uang hanya dijadikan sebagai objek dan sarana untuk mengantarkan mereka kepada kebersamaan. Meskipun dirasakan berbeda oleh setiap  kalangan, tetapi kebersamaan yang tercipta  dari bagi-bagi THR ini bisa menghadirkan suasana suka cita dari hari raya. Momen yang hadir setahun sekali ini akan membuat mereka-mereka yang merayakan akan rindu.Â
Uang lebaran atau uang THR sebenarnya memiliki makna lain, bukan tentang seberapa banyak yang kamu dapat di usia sekarang tapi tentang bagaimana setiap saudara dan kerabat memaknai momen yang tercipta, bagaimana setiap saudara dan kerabat melihat satu sama lain dalam berkehidupan. Meskipun banyak disalah artikan, uang lebaran akan tetap menjadi ciri khas umat islam di hari raya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H