Mohon tunggu...
rahmiyh
rahmiyh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Cahaya

18 Agustus 2023   19:22 Diperbarui: 18 Agustus 2023   19:38 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepintas tergambar ketulusan 

Namun sesuatu menimbulkan kesan

Ucapan diri katanya temperamental 

Ternyata melipat lidah dia berasal

Menyelusup masuk layak pemantau

Banyak kelebihan dipaparkan

Hidupnya penuh dengan perbandingan 

Diri semakin dibuat tak tahan

Susah payah bahkan terlunta - lunta

Menikam dan menghunus dari belakang 

Hati sakit bukan kepalang 

Menjijikan dan tak patut dipandang

Dunia mereka telah Engkau tunjukkan 

Seirama dan tak terlupakan

Kemana naluri serta kemanusiaan 

Seperti tak ada dosa di badan

Menyingkir  namun tetap cari umpan

Menjauhlah sampai tak kelihatan 

Tuhan...hidayahMu berikan

KemahabesaranMu telah mereka hinakan.

Cahaya lilin bagaikan simbol hidup

Dua sisi mereka yang meredup 

Bersatu lah kalian..hai..penyelundup 

Diri sudah tak merasa direbut. 

Cukup tahu saja

Manusia punya dua muka

Demi perut dan kesenangan belaka

Mulut kotor tak pantas ku suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun