Setiap pagi minggu, aku dan Reni yang memang sering pergi lari pagi alias marathon secara kebutulan bertemu dengan Rafa, akupun segera menyapanya, aku melihat wajah Reni yang menjadi berseri-seri melihat Rafa.
“Hai Rafa kau juga lari pagi kiranya, ku pikir kau tak suka lari pagi! (akupun menggurawinya sambil tersenyum)
“Kenapa kau berfikir begitu? (ia pun tertawa)
“Tidak, cuman becanda saja, lihat saja tu, badan kamu yang kurus, pasti gak pernah olahraga. (tertawa bersama)
“Yee, ini kan memang sudah keturunan, aku suka olahraga kok. (Rafapun menjawab seperti kelihatan serius sekali).
Aku setelah itu menuju ke arah Reni yang terlihat berdiri malu-malu dan diam seperti orang yang kebingungan harus bicara apa, lalu mengajaknya untuk segera pulang karena matahari sudah mulai naik, kemudian tidak lupa  aku juga mengajak Rafa untuk pulang bersama kami. Untuk membuat waktu Rafa dengan Reni bersama semakin lama, akupun merengek untuk ditemani ke warung dulu untuk membeli minuman gelas dengan alasan haus. Padahal setahuku warung tempat membeli minum cukup jauh dari tempat kami berada pada waktu itu, karena merasa kasihan kepadaku yang terlihat sangat lelah, Rafa malah menawarkan diri untuk menolong membelikan minuman untuk kami.
“Biar aku saja yang membelinya, kalian duduk saja disini sambil istirahat, aku akan mencari warung yang dekat dari sini, lagian tadi ketika aku marathon aku melihat sebuah toko kecil di gang dekat sini.
Aku yang mendengar perkataannya sontak menolak tawarannya, karena kalau Rafa pergi sama saja dengan tidak memperpanjang waktu Reni dan Rafa berdua, padahal niatnya ingin memperlama waktu mereka, eh malah dia yang mau pergi.
“Kita pergi bersama saja, kalau capek ya sama-sama capek kan, lagian kami masih sanggup jalan kok, kalau warungnya memang dekat-dekat sini tenang saja, kami masih sanggup kok. Akupun menyela perkataan Rafa.
“Ya udah deh, karena Fira keras kepala maka kita pergi bersama-sama saja ke warung itu. Rafa pun meng-iyakan saja perkataanku.