Kampung adat Mahmud terletak di RW 04 Desa Mekar rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Kampung adat Mahmud merupakan salah satu kampung adat yang masih ada serta masih dilestarikan hingga saat ini.
Letaknya yang stategis yaitu berada di tengah-tengah kota serta dapat dijangkau dalam beberapa menit saja dari Ibukota Kabupaten Bandung, yaitu Soreang. Kampung Adat yang berada di sisi sungai Citarum ini ternyata memiliki peranan yang sangat besar di masa lalu.
Kampung Adat Mahmud banyak menyimpan nilai sejarah tentang perkembangan dan persebaran Islam di Kota Bandung. Sehingga selain lokasinya yang stategis kampung ini juga memiliki kekayaan budaya yang kental, banyak masyarakat luar yang ingin berkunjung ke Kampung ini dengan tujuan untuk belajar dan memperdalam ilmu agama Islam.
Selain itu, Kampung Adat Mahmud juga sering dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berziarah ke makam karomah yang sudah dikenal masyarakat luas. Adapun Makam Karomah tersebut ialah Makam Eyang Abdul Manaf, Makam Sembah Eyang Dalem Abdullah Gedug, dan Makam Sembah Agung Zaenal.
Seiring dengan perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa di antara tradisi-tradisi Kampung Adat Mahmud kini tengah mengalami perubahan, serta adanya arus modernisasi yang terus menghantui ratusan kepala keluarga keturunan dari Eyang dalem Abdul Manaf.
Adanya arus modernisasi dan perkembangan zaman saat ini dapat mengikis nilai-nilai tradisi yang dipertahankan oleh masyarakat Kampung Adat Mahmud. Dalam beberapa periode terakhir, Kampung Adat Mahmud terus mengalami perubahan. “Kampung Mahmud sudah mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman dan teknologi”, ujar ketua RW 04 Kampung Adat Mahmud, Bpk. Ence, Jumat (24/6/2022)
Kampung Mahmud adalah sebuah kampung adat yang masyarakatnya masih teguh dalam memegang dan melaksanakan tradisi yang diwarisi dari leluhurnya. Namun arus modernisasi ternyata membawa dampak terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat setempat yang sudah mulai menampakkan perubahan.
Nilai-nilai tradisi yang dipertahankan oleh masyarakat Kampung Adat Mahmud sejak dahulu kala, seperti rumah harus panggung dan terbuat dari bilik atau kayu, tidak boleh membangun rumah dengan memakai jendela kaca, tidak boleh menggali sumur, masyarakat yang selalu mengenakan sarung, kini mulai pudar akibat gerusan dari zaman.
Perubahan yang terjadi di Kampung Adat Mahmud terlihat dari sudah banyaknya masayarakat Kampung Adat Mahmud yang membangun rumah menggunakan bahan tembok, jendela kaca, dan sumur-sumur pun sudah ditemui di kampung ini.
Hal ini pun dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti kondisi sungai Citarum yang kini sudah tercemar, sehingga menjadikan masyarakat kampung Mahmud menggali sumur untuk mencari sumber air yang bersih.
Masuknya teknologi turut memberikan pengaruh besar pada perubahan yang terjadi di Kampung Adat Mahmud, seperti media komunikasi berupa telefon, media elektronik seperti radio dan televisi; juga media cetak seperti surat kabar, majalah, atau buku sudah digunakan oleh warga masyarakat setempat untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar. Selain itu, mereka pun sudah terbiasa dengan kunjungan para peziarah dari daerah lain.
Namun dengan begitu, serangan zaman terus dilawan oleh masyarakat Kampung Adat Mahmud agar tradisi yang dimiliki tidak hilang. Hal ini dilakukan dengan tetap melakukan tradisi mereka, seperti munggahan, halal bihalal, tahlilan, pengajian, ceramah keagamaan yang diisi oleh para keturunan Mahmud.
Sehingga masyarakat serta generasi penerus bisa menjaga eksistensi Kampung Adat Mahmud dan melestarikan tradisi, adat istiadat serta kebudayaan Kampung Adat Mahmud agar tidak hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H