Mohon tunggu...
Rahmil IzzahR
Rahmil IzzahR Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel Ilmiah: Analisis Unsur Bahasa di dalam Puisi "Perihal Gendis" karya Sapardi Djoko Damono

23 Desember 2020   09:00 Diperbarui: 23 Desember 2020   09:01 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa merupakan unsur penting dalam proses penciptaan sebuah karya sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif yang menggunakan media bahasa. Sebagai karya imajinatif, estetika menjadi lebih dominan (Widayati, 2014:203). Karya sastra merupakan sebuah karya yang bersifat imajinatif, berarti berasalah dari imajinasi seseorang pengarang. 

Meskipun berbentuk fiksi, karya sastra tidak hanya berupa cerita khayalan saja, melainkan sebagai kekreativitasan pengarang dalam mencari ide yang kreatif dan imajinatif. Terdapat tiga jenis karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama. Waluyo (Wuryani, 2013: 91) Dalam membuat karya sastra, seorang pengarang memiliki ciri khas gaya berbahasanya. Hal ini bertujuan untuk membedakan karyanya dengan karya milik orang lain. Leech dan Short (1981): mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu.

Salah satu faktor yang dapat memberikan nilai keindahan pada bahasa yang dipakai dalam pembuatan puisi adalah penggunaan majas atau gaya bahasa. Keraf (dalam Al Ma’ruf, 1991:133) mengungkapkan bahwa gaya bahasa dapat diketahui sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlibatkan jiwa dan kepribadian penulis. Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara. Setiap orang atau pengarang memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya bahasanya.

Saat ini sajak atau puisi menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari. Membuat puisi atau sajak tentu bukan merupakan hal yang mudah. Semua orang tahu tentang puisi, tetapi tidak semua orang tahu cara membuat sebuah karya puisi yang baik dan benar. Puisi atau sajak merupakan sebuah pernyataan yang mengedepankan inti gagasan, pemikiran, maupun peristiwa. Pada hakikatnya, puisi merupakan ekspresi yang tidak langsung. 

Ketidaklangsungan ekspresi itu disebabkan oleh penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Puisi terdiri dari unsur fisik dan unsur mental. Unsur fisik yaitu unsurunsur yang terdapat pada teks puisi. Unsur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas dan tipografi puisi. Unsur mental adalah unsurunsur yang lebih kepada unsur semantik atau unsur-unsur yang tidak terdapat pada teks puisi. Unsur mental puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, amanat.

Robert (Badrun, 1989: 1) mengatakan, “Sebuah puisi diawali dengan kenangan dan diakhiri dengan kebijaksanaan.” Lebih lanjut lagi, Pradopo (Badrun, 1989: 1) mengemukakan bahwa “Puisi merupakan karya seni yang puitis. Puitis dalam artian membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.” Demikian pula menurut Meyer (Badrun 1989: 1), “Puisi bukanlah metode komunikasi yang sederhana, tetapi merupakan pengalaman yang unik.” Selain itu, puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1978:1).

Buku berjudul “Perihal Gendis” ditulis oleh Sapardi Djoko Damono Buku ini pertama kali diterbitkan pada Oktober 2018 oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Buku ini memiliki 15 bab, yaitu Percakapan di Luar Riuh Suara, Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore, Hening Gendis, Duduk di Teras Belakang Waktu Bulan Purnama, Dongeng Kakek, Apa Caranya aku tak Ada Lagi, Siapa yang Sembunyi, Aku Mau Sungai Tanpa Kendali, Ada Bintang Jatuh, Menjenguk Wajah di Kolam, Konon, Pintu Kunci Rumah, Langit-Langit, Tak Perlu, dan Selamat Tidur.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Hening Gendis”, penulis menemukan beberapa kalimat yang mengandung majas yaitu majas personifikasi. Majas Personifikasi ialah majas yang  mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat seolah hidup. Di luar sana, banyak terdapat majas personifikasi di dalam puisi-puisi karya-karya pengarang.

Metode penelitiannya yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif karena mendeskripsikan data yang ada atau tertulis terhadap objek yang sedang diamati. Metode penelitian kualitatif meneliti kata-kata bukan angka-angka. Penelitian ini menghasilkan hasil analisis terhadap satu buah puisi yang terdapat di dalam buku “Perihal Gendis” karya Sapardi Djoko Damono terdapat hanya satu majas, yaitu majas personifikasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun