Banyak dari mereka yang ditinggalkan menyangkal akan kepergian para aktivis tersebut. Mereka masih menjaga harapan bahwasannya anak, saudara, serta kekasih mereka suatu hari nanti akan kembali. Jika sekiranya tidak, mereka ingin menemukan jasadnya untuk dapat mereka kuburkan. Hingga suatu hari Komisi Orang Hilang, yang dibentuk untuk pencarian para korban, mendapatkan kabar bahwasannya disuatu pulang ditemukan beberapa tulang yang diduga milik para aktivis tesebut. Dikirim beberapa orang untuk memastikan apakah  betul itu merupakan jasad tugas Biru Laut, Kasih Kinanti, Sunu Dhyantoro dan teman teman lainnya. Lagi-lagi saya sarankan teman-teman untuk menemukan jawabannya pada  buku 'Laut Bercerita'.
        Terdengan sedikit menyebalkan ketika saya tidak menuntaskan cerita yang sedang saya paparkan. Namun saya rasa alangkah lebih menyebalkan lagi jika saya membeberkannya kapada teman-teman. Karna saya pikir teman-teman layak untuk mendapatkan sensasi gejolak perlawanan  serta kemanusian yang terkandung dalam Laut Bercerita secara lebih khidmat dengan membacannya sendiri.
        Leila memberikan saya pengalaman yang begitu berharga melalui ceritanya. Bagaimana gejolak semangat para kaum mahasiswa dalam membangun dan menegakan negara yang biadab. Bagaimana perih, takut, putus asa yang dirasakan oleh keluarga yang ditinggalkan dengan ketidak pastian. Bagaimana mengajarkan saya bahwasannya  kemerdekaan yang saya rasakan hari ini begitu mahal harganya. Dan bagaimana sejarah mengatakan akan mengutuk mereka yang tidak mempelajarinya dengan mengulang kejadian yang serupa.
Matilah engkau matiÂ
Kau akan lahir berkali-kali.... Â Â
Ucap Sang Penyair diatas kertas lusuh.
       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H