Siapa yang hari ini tidak mengenal serial drama korea berjudul twenty five, twenty one? Serial drama yang berkisar satu jam pada 16 episodenya tayang perdana pada februari 2022 silam di Netflix. Cerita yang diperankan oleh Nam Joo-hyuk sebagai Baek Yi-jin dan Kim Taeri sebagai Na Hee-do ini mengundang  banyak perhatian penonton. Alur cerita dan penggambaran karakter pada setiap pemainnya yang menarik membuat penonton menikmati tiap hal yang disuguhkan.
      Banyak dari penonton yang tertarik akan kisah yang dijalani Hee-do dan Yi-jin, bagimana Hee-do memperjuangkan mimpinya sebagai atlet anggar dan Yi-jin yang berusaha bangkit dari keterpurukan ekonomi yang dialami keluarganya. Barangkali tidak sedikit juga dari penonton, termasuk saya, yang menikmati setiap momen-momen sederhana diantara keduanya. Bagaimana kedua tokoh tersebut menciptakan kebahagiaan sederhana ditengah-tengah dinamika yang dialami masing-masing. Hee-do dengan implusivitasnya mampu mengajak Yi-jin membuat tragedy menjadi komedi.
      Disamping hal-hal menyenangkan yang diciptakan Hee-do dan Yi-jin, ada satu sisi dalam cerita yang cukup mengambil perhatian saya. Yaitu Hee-do, sebagai tokoh utama wanita dalam cerita tersebut memperjuangkan mimpinya sebagai alte anggar. Maka saya ingin menelisik Hee-do dan perjuangannya tersebut menggunakan McClelland's Theory of Needs atau yang akbar dikenal dengan teori tiga kebutuhan.Â
      Teori ini dikemukakan oleh David Clarence McClelland lahir pada 20 Mei 1917 dan wafat pada 27 Maret 1998. Ia dikenal sebagai psikolog Amerika juga seorang Profesor di Harvard yang menghabiskan tiga puluh tahun untuk melakukan penelitian tentang motivasi. MClelland berusaha memahami sifat manusia dan mengembangkan alat untuk mengukur bagaimana orang membuat pilihan. Dalam teorin tiga kebutuhan tersebut MCClelland mengemukakan bahwasannya setiap individu dipengaruhi oleh tiga jenis kebutuhan motivasi, yaitu kebutuhan akan pencapaian, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan akan afiliasi.Â
      Kebutuhan akan pencapaian atau prestasi yaitu dimana individu memiliki semangat untuk persaingan serta pekerjaan yang menantang. Mereka akan mencari peluang untuk menjadi yang terbaik serta mendapatkan umpan balik dari apa yang dicapai. Individu dengan keinginan pencapaian yang tinggi akan sejalan dengan kinerja kerja yang mereka miliki. Biasannya individu tersebut akan menetapkan target yang tinggi serta berani mengambil resiko yang sebanding.Â
      Hal tersebut tercermin pada sosok Hee-do dalam proses mimpinya sebagai atlet anggar. Diceritakan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter diseluruh negri yang  berdampak pada perekonomian Korea Selatan. Tokoh Hee-do adalah seorang atllet anggar di klub sekolahnya mengalami dampak akibat krisis tersebut. Pasalnya klub anggar yang ia ikuti akan ditutup karen terkendala dana.
      Namun hal tersebut tidak membuat Hee-do berhenti begitu saja, ia mencari cara agar terus dapat melanjutkan mimpinya. Hee-do memutuskan untuk pindah sekolah ke SMA Taeyang. Disana tersedia sebuah klub anggar dengan pelatih mantan atlit terkenal juga seorang atlit anggar idolannya, Ko Yu-rim. Hee-do. Hee-do meminta kepada ibunya untuk dipindahkan, namun ibunya menolak karena beranggapan Hee-do tidak berbakat pada nggar. Akhirnya Hee-do menggunakan segala cara untuk dapat pindah ke sekolah tersebut, mulai dari upaya penganiayaan, terlibat perkelahian kelompok, hingga mendatangi club malam. Semua hal itu ia lakukan agar dikeluarkan dari sekolahnya secara paksa. Namun ternyata rencannya tidak berjalan baik, ia gagal dipindahkan dari sekolahnya.
      Disamping  itu Hee-do juga menemui pelatih anggar di SMA Taeyang, ia meminta untuk diterima sebagai muridnya. Namun pelatih anggar tersebut selalu menolaknya, hingga suatu hari Hee-do dapat memenuhi beberapa tes yang diberikan oleh pelatih kepadannya, dan Hee-do dinyatakan lulus sebagai muridnya.
      Keesokan harinya Hee-do mulai bersekolah di SMA Taeyang. Disana ia dapat bertemu dengan idolannya, Ko Yu-rim. Ko Yu-rim merupakan sosok yang selalu Hee-do perhatikan dan kagumi karena permainan anggarnya. Sayangnya Ko Yu-rim tidak bersikap bersahabat kepada Hee-do, ia memposisikan Hee-do sebagai saingannya. Lagi-lagi hal tersebut tidak mematahkan semangat Hee-do, ia terus berusaha semaksimal mungkin hingga akhirnya dapat masuk tim nasional anggar Korea. Apa yang dilakukan Hee-do menurut McClelland yaitu  didorong oleh motivasi berdasarkan kebutuhan akan pencapaian ataupun kebutuhan berprestasi. Â
      Kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan kekuasaan. Kebutuhan akan kekuasaan adalah keinginan dalam diri seseorang untuk memegang kendali dan wewenang atas orang lain dan memengaruhi serta mengubah keputusan sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya sendiri. Individu tersebut akan termotivasi oleh kebutuhan akan reputasi dan harga diri. Kebutuhan akan kekuasaan tidak harus selalu dipandang negatif, hal ini juga dapat  dipandang sebagai kebutuhan untuk memiliki efek positif pada organisasi ataupun kelompok untuk dapat mencapai tujuannya.
      Motivasi berdasarkan kebutuhan ini dapat kita lihat pada pelatih anggar di klub SMA Taeyang. Pelatih tersebut dulunya merupakan seorang  atlet anggar berprestasi. Seiring berjalannya waktu ia beralih peran sebagai pelatih  anggar. Hal tersebut dapat kita pandang sebagai upaya positif, yaitu motivasi untuk  dapat menguasai ataupun menintervensi para atlet anggar dibawahnya agar bisa berprestasi dan  mengharumkan nama Korea Selatan. Hal ini terbukti dimana pelatih tersebut  telah mencetak  para atlet anggar berprestasi, diantarannya Hee-do dan Ko Yu-rim.
      Yang ketiga motivasi berdasarkan kebutuhan afiliasi. Kebutuhan untuk berafiliasi adalah dorongan seseorang untuk memiliki hubungan interpersonal dan sosial dengan orang lain atau sekelompok orang tertentu. Mereka berusaha untuk bekerja dalam kelompok dengan menciptakan hubungan yang ramah dan memiliki keinginan yang kuat untuk disukai oleh orang lain. Hal ini juga dapat kita lihat pada kisah Hee-do. Dimana Hee-do menciptakan relasi yang baik dengan Yi-jin juga beberapa teman disekolahnya. Bahka diakhir cerita dapat kita lihat bagaimana akhirnya Hee-do dan Ko Yu-rim bersahabat dan memenangkan pertandian tim bersama dua temannya.
      Dari tiga kebutuhan tersebut dapat kita lihat terdapat ciri-ciri yang umum dan dapat dicontoh dan kita ambil sebagai pandangan dalam suatu kelompok ataupun organisasi. Saya pribadi melihat sosok Hee-do sebagai sosok yang penuh energi. Seperti yang kita ketahui Indonesia merupakan negara dengan angka bonus demografi dengan jumlah usia produktif sebesar 70,7% dari jumlah keseluruhan pendudukan Indonesia atau setara dengan 191 juta jiwa. Kabarnya jumlah tersebut akan terus meningkat hingga dua dekade kedepan. Hal tersebut seharusnya dapat menjadi suatu kekuatan yang kita kelola untuk membangun bangs aini menjadi bangsa yang lebih baik lagi.
      Berangkat dari sosok Hee-do, mari kita pupuk motivasi dan energi kita kearah yang konstruktif baik bagi masing-masing indidu maupun dalam lingkun negara sehingga kita dapat memaksimalkan bonus demografi juga memaksimalkan diri sebagai bagian dari pembangunan peradaban.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H