Mohon tunggu...
zakiyyah rahmi ayu
zakiyyah rahmi ayu Mohon Tunggu... Lainnya - learner

learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengupas Sosok Firdaus dalam Buku 'Perempuan di Titik Nol' dengan Teori Psikologi Individual ala Alfred Adler

23 November 2021   08:34 Diperbarui: 4 Februari 2022   20:13 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya ketika seseoarang merasa dirinya memiliki ketidak berdayaan atas suatu hal, lalu ia akan berupaya untuk menutupi rasa lemahnya tersebut dengan achieve suatu hal sehingga merasa dirinya sebagai superior. Atau adapula orang yang merasa dirinya kurang diterima oleh lingkungan sekitarnya lalu ia berupaya untuk menyenagkan semua orang agar dirinya merasa dapat diterima.

Upaya yang dilakukan Firdaus salah satunya adalah dengan bersekolah. Ketika ia merasa dirinya merupakan sosok yang tidak berdaya dengan kurangnya pengetahuan, bahkan tentang 'apa itu cermin', maka ia melakukan kompensasi dengan menjadikan dirinya berpengathuan, salah satunya dengan menaruh minat terhadap buku. Dunia sekolah bukan hanya menjadi kompensasi akan sisi dirinya yang tidak berdaya pada ruang lingkup pengetahuan, namun juga intekasi sosial yang menyenangkan.

Budaya patriarki yang begitu bobrok membuat ia tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan diperlakukan dengan buruk oleh suaminya, dimana pernikahan tersebut merupakan hasil dari perjodohan pamannya dengan seorang syekh, menjadikan Firdaus merasa dirinya memiliki kelemahan-kelemahan yang harus ia kompensasikan lagi.

Berbekal ijazah sekolah menengah, Firdaus akhirnya mencari pekerjaan. Lagi-lagi dengan kebobrokan budaya patriarki dan kurangnya bekal pengetahuan, Firdaus dijadikan sebagai pelacur, mulai dari yang biadab hingga yang dipekerjakan. Namun ia tetap tidak mendaptkan bayaran atas dirinya. Hingga suatu hari ia mandapatkan bayaran atas pekerjaannya tersebut oleh seorang pria yang menawarkannya tumpangan mobil.

Uang kertas sepuluh pon yang ia terima akhrinya menjadikannya paham bagaimana uang itu dapat bekerja dan menjadiaknnya manusia yang memeiliki keberdayaan. Ia ingat bagaimana ia mendapatkan satu piester pertamanya, ia begitu merasa berdaya dan dapat menggunakan uang tersebut dengan kehendak dirinya.

Dengan uang sepuluh pon yang diterimanya, ia membeli banyak makanan. Ia makan tanpa merasa ada yang melarangnya makan, tanpa merasa ada mata yang menghardiknya ketika makan, seperti bagaimana suaminya memperlakukannya. Sejak hari itu dan seterusnya, Firdaus tidak lagi menundukan kepala atau mengalihkan pandangannya. Ia bejalan melalui jalan raya dengan kepala tegak dan mata diluruskan.

Dengan pemahaman Firdaus bahwasannya uang dapat menjadikannya manusia yang berdaya dari sebelumnya, maka ia menjadi pelacur dengan harga yang tinggi. Ia mengkompensasikan segala rasa ketidak berdayaannya dengan rumah mewah, ruangan perpustakaan pribadi, hingga lingkungan pertemanan yang begitu ia seleksi. Ia tidur dengan nyenyaknya setiap malam, hingga kalimat itu keluar dari mulut Di'aa. Seorang teman yang begitu ia sukai karna ia adalah seorang lelaki berpendidikan.

"Kau tidak terhormat", ucap Di'aa suatu waktu ketika pertama kali datang ke rumah Firdaus. Kesunyian tiba-tiba telah menguasai ruangan itu, tetapi kalimat itu terus menggema dalam telinga Firdaus. Kalimat itu terus menghantui hari-hari Firdaus, ia tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak seperti malam-malam sebelumnya. Ia merasa tidak ada lagi hal yang bisa mnegembalikannya menjadi sosok sebelumnya, dua kalimat itu benar-benar mengambil alih kepalanya. Firdaus tidak mau lagi kembali pada kehidupannya yang lalu, ia bertekad untuk dapat menjadi wanita yang terhormat sekalipun harus lapar dan kedinginan. Ia memiliki ijazah sekolah menengah dan otak yang tajam, maka dua hal tersebut menjadi kompensasi atas rasa ketidak berdayanya kali ini.

Ketika ia bekerja disebuh perusahaan, ia menjadikan dirinya wanita yang terhormat. Tidak ada yang dapat mengajaknya tidur atau memperlakukannya dengan semena-mena. Semua pria berlomba-lomba untuk mendapatkan hati Firdaus. Namun, setelah tiga tahun kerja pada perusahaan tersebut, ia merasa profesinya ini tidak membuatnya nyaman secara finansial.

Namun ia menyukai pekerjannya, teman-teman kantornya, maupun taman yang ada dikantor tersebut. Hingga suatu waktu ketika Firdaus sedang berdiam ditaman kantor, seorang karyawan lain menemukannya, karyawan itu bernama Ibrahim. Firdaus jatuh hati kepadanya, ia menggap Ibrahim sebagai lelaki revolusioner. Hingga satu waktu Ibrahim mengumumkan pertunanngannya dengan anak gadis sang presiden direktur.

Tidak ada rasa sakit yang pernah ia rasakan sehebat ini, bahkan ketika ia memberikan tubuhnya kepada lelaki lain, ia hanya merasakan sakit yang seperti hayalan. Selama ini upaya Firdaus untuk melindungi salah satu sisi dirinya yang lain adalah dengan hanya memberikan kulit luarnya saja kepada lelaki. Ia menyimpan hati dan jiwannya. Membiarkan tubuhnya memainkan peran yang pasif tanpa melibatkan perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun