Mohon tunggu...
rahmi
rahmi Mohon Tunggu... Editor - The power of doa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Maulidku, Bagaimana dengan Maulidmu?

6 Januari 2020   14:52 Diperbarui: 6 Januari 2020   14:57 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan maulid atau memperingati hari lahirnya nabi muhammad SAW adalah budaya turun temurun dari zamannya Para sahabat hingga ke masa umat akhir zaman pun masih tetab saja melaksanakan nya.

Ada berbagai cara yang di tempuh oleh sebagian umat di belahan dunia dalam merayakan maulid nabi.

Di aceh sendiri tradisi memperingati maulid dari tahun ketahun mengalami perubahan baik itu perubahan di segi makanannya atau perubahan di segi penyajian makanan nya.
Yang tujuannya tetab satu yaitu bergembira menyambut teladan seluruh ummat tersebut.

Di sebagian aceh, berdalail atau membaca kisah kisah nabi itu di lakukan setelah shalat zhuhur, yang di undang tetangga tetangga kampung untuk ikut memeriahkan kannya.

Nanti masing masing kampung berzikir dan berselawat sesuai dengan irama dan intonasinya sendiri sehingga hiruk pikuk dalail begitu terasa dan seolah olah nabi tersenyum melihat umatnya yang berselawat kepadanya.

Dan nasi yang sudah di bungkus (ada sebagian daerah yang tidak di bungkus) di masukkan dalam tempat besar yang terbuat dari kayu atau besi di hias lalu kemudian di bawa kemesjid.

Setelah selesai berdalail nasi tersebut di bagikan untuk masing masing kampung dan selesai serangkain acara maulid jam 17 sore.
betapa bahagia nya seluruh kampung kala itu dapat berbagi razeki dan bersilaturrahmi dengan tetangga kampung.

Terlepas dari berbagai pendapat yang mengatakan maulid itu bidah dan lain sebagainya sebenarnya kebanyakan orang indonesia itu terpecah belah dengan perkara perkara sunah yang pada hal kalau seandainya nabi masih ada nabi pasti akan memboleh kannya jika itu tidak menentang dengan aqidah.

Secara sekilas kita berfikir bahwa orang orang yang kontra terhadap maulid bearti orang tersebut tidak senang dengan kelahiran nabi muhammad saw.

Maka dari itu mari jadikan momentum bulan maulid ini bulan penyatu ummat agar semua kita mendapat syafaat di hari kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun