Foto ini adalah foto sebuah perkampungan paling atas yang berjarak 4,5 cm dari puncak merapi, bernama kampung Kaliadem. Selain kampung kaliadem, juga terdapat bangunan bawah tanah yang dinamakan bunker. Bunker adalah ruangan pelindung darurat dari awan panas Gunung Merapi, karena dibelakang bungker itu digunakan untuk wisata alam atau juga untuk berkemah.
Â
Saat itu terdeteksi berkecepetan 200 km/jam nya. Foto-foto saat letusan erupsi terpampang di dinding museum. Melihat foto-foto dan barang-barang yang tersisa, kita seolah tenggelam dalam suasana mencekam dan mengerikan letusan Gunung Merapi saat itu yang menyerang dan menghancurkan banyak bangunan hingga menimbulkan banyak korban jiwa, saat itu telah ditemukan lebih kurang 400 korban jiwa, baik mereka masih bisa diidentifikasi ataupun tidak dapat dikenali lagi. Selain itu, bukti 400 awan panas masih tersimpan didalam alpari dalam bentuk foto atau kaca yang sampai meleleh.
Di luar rumah atau Museum Mini Sisa Hartaku terdapat sepeda motor yang ikut rusak akibat ganasnya lahar panas merapi, serta tulisan paling ikonik yaitu "Museum Mini Sisa Hartaku".
Museum Mini Sisa Hartaku ini menjadi perjuangan dan awal kehidupan yang baru bagi penduduk desa yang terkena dampak letusan. Kenangan akan kejadian menyedihkan ini tidak akan pernah bisa dilupakan oleh seluruh masyarakat, namun menjadi pengingat bahwa kekayaan atau kepunyaan dan benda-benda yang ada di dunia, harta benda bisa hilang dan habis sewaktu-waktu. Pelajaran berharga dapat dipetik dari Museum Mini Sisa Hartaku. Dari museum ini dapat dipelajari bahwa benda-benda peninggalan tentang kejadian masa lalu berkaitan dengan sejarah dan bahwa suatu peristiwa itu penting yang diterjadi di masa lalu.
Rahma Zahara Nurzain
PGSD/Universitas Pendidikan Indonesia Kampus di Purwakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H