Di era digital dan globalisasi, kebanyakan orang selalu mengedepankan emosi, di tengah mewabahnya kekeringan ruhiyah sosial dan krisis kesantunan moral, maka merupakan suatu keniscayaan bagi guru untuk mengedepankan penanaman sikap santun dan keramahan di sekolah. Guru seharusnya mengajar muridnya dengan hati bukan emosi.Â
Demikian pula halnya dengan mendidik, dengan adanya rasa cinta dan suka pada profesi sebagai pendidik dan juga pada peserta didik, maka akan muncul suatu kekuatan yang bersumber dari suara hati yang melahirkan berbagai emosi positif seperti kasih sayang. sikap cinta seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran, penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya dengan peserta didiknya (Viona, 2022).
Guru yang mendidik dengan memberikan sentuhan-sentuhan pada hati akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap jiwa peserta didiknya. Respon balik dari rasa cinta peserta didik terhadap guru yang mendidik dengan hati bisa terwujud melalui sikap- sikap positif. Misalnya, penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa selalu ingin menghargai guru yang dicintainya. Dengan sikap- sikap seperti ini, maka siswa akan merasakan bahwa belajar bukan lagi sebagai suatu kewajiban, melainkan suatu kebutuhan bahkan keasyikan. Maka akan muncul gairah untuk berprestasi dalam jiwa siswa (Viona, 2022).
Mengajar dengan Hati, definisi hati adalah akronim dari (H)ebat, (A)dil, (T)erkini, dan (I)ntip. Mengajar dengan hati penting agar kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan dan peserta didik nantinya bisa sukses dalam belajar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru untuk mengajar dengan HATI adalah sebagai berikut :
1. Hebat (H)
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengajar hebat. Pertama, ketika mengajar kita mantapkan bahwa peserta didik adalah subjek dari pembelajaran, sehingga peserta didiklah yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kedua, belajar boleh salah. Jadi jangan memaksa peserta didik untuk selalu benar. Ketiga, memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Keempat, hebat dalam hal totalitas. Guru harus menjadi pendidik yang maksimal seperti seorang seniman dengan melakukan dan memberikan yang terbaik seperti dalam hal tersenyum, menggerakan tangan, gestur, suara.
2. Adil (A)
Adil ketika melakukan hal-hal dalam mendidik seperti dalam hal penugasan. Semua peserta didik diberikan tugas, tidak hanya siswa tertentu saja yang dipandang mampu. Begitupun dalam hal memberikan evaluasi atau penilaian harus menghindari subjektivitas, harus objektif dan adil. Guru juga mestinya memberikan perhatian kepada semua peserta didik, tidak hanya kepada peserta didik yang memiliki kelebihan.Â
3. Terkini (T)
Terkini disini adalah seorang pendidik memberikan ilmu yang kekinian dan terbaru misalnya bagaimana peserta didik berkolaborasi dengan peserta didik lainnya, bagaimana peserta didik berkomunikasi, bagaimana peserta didik harus kreatif dalam kegiatan sehari- hari dan berfikir kritis.Â
4. Intip (I)