Mohon tunggu...
noer dyah rahmawati zaeni
noer dyah rahmawati zaeni Mohon Tunggu... Penulis - writing is entertainment

Saya mahasiswi S-1 Manajemen di Universitas muhadi Setiabudi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Privilege" Penting atau Ngga Penting dalam Membangun Bisnis

21 Oktober 2021   16:40 Diperbarui: 21 Oktober 2021   16:44 2539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Privilege merupakan sebuah hak istimewa yang melekat pada diri seseorang biasanya hak ini didapatkan karena orang tersebut berasal dari keluarga elit, mapan, memiliki akses pendidikan, dan dapat menikmati jaminan kesehatan atau seseorang yang berhasil mencapai jabatan lebih tinggi. Sebenarnya privilage bukan merupakan faktor utama penentu kesuksesan seseorang, namun seringkali orang yang memiliki privilege lebih mudah menggapai setiap keinginan mereka.

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan ketika seseorang memiliki privilage, diantanya:

  • Dapat Berbagi Hal yang Baik

Seseorang yang memiliki privilage tentunya dapat menggunakan privilage itu untuk membantu orang lain. Contohnya para influencer yang mempromosikan produk-produk usaha orang lain untuk membantu bisnis orang yang belum memiliki privilage.

  • Memiliki Peluang Sukses

Setiap orang memang memiliki peluang sukses, namun biasanya orang yang sudah memiliki privilage akan lebih mudah dalam meraih kesuksesan. Mengapa demikian? Karena dia akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan masyarakat, selain itu fasilitas yang memadai juga menunjang mereka mencapai sebuah kesuksesan. Sedangkan orang yang tidak punya privilage benar-benar harus berjuang dari 0 untuk mendapatkan sebuah kepercayaan dari publik.

Ada sebuah ilustrasi yang berkaitan dengan privilege yaitu di dalam sebuah kelas tentunya setiap murid duduk berbaris, ada yang paling depan, tengah, dan belakang. 

Lalu seorang guru menyuruh murid-murid itu melempar kertas ke keranjang. Murid yang duduk paling depan tentunya akan memiliki peluang besar untuk memasukkan kertas sebanyak-banyaknya ke keranjang. Sedangkan, murid yang paling belakang harus bekerja keras melempar banyak kertas hingga masuk ke keranjang. 

Murid yang di depan ini diibaratkan sebagai orang yang memiliki privilage, sedangkan murid yang di belakang diibatkan sebagai orang yang biasa-biasa saja. Murid yang didepan memang bisa gagal, tetapi mereka lebih mudah sukses karena jarak antara tempat duduk dan keranjang sangat dekat, apalagi di depannya tidak ada orang yang menghalangi. 

Murid yang dibelakang bisa sukses, tetapi jalannya akan jauh lebih sulit, mereka harus melempar lebih banyak kertas, menempuh jarak yang lebih jauh, melewati banyak orang di depannya, hingga akhirnya bisa mencapai kesuksesan.

Dalam membangun sebuah bisnis, banyak juga orang yang sukses bukan dari privilege melainkan dari kerja keras yang dia lakukan. Contoh nyatanya yaitu (1) CEO Dedy Jaya Grup Bapak Muhadi Setiabudi, dulu beliau hanyalah kondektur dari elp atau bus, lalu Ia mulai berbisnis dengan menjual bambu. Bisnis tersebut kemudian berkembang menjadi sekitar 70an cabang usaha. (2) Chairul Tanjung, si anak singkong merupakan orang yang lahir dari keluarga serba pas-pasan dan tidak memiliki privilage. 

Namun, berkat kegigihan dan kerja kerasnya Ia berhasil membangun bisnis  dan menjadi salah satu orang paling kaya di Indonesia. Perusahaan pertama yang Ia dirikan yaitu PT Pariarti Shindutama, perusahaan ini bergerak di bidang ekspor produk sepatu anak. Kemudian, Ia juga membangun perusahaan Para Inti Holdindo yang bergerak di bidang keuangan, media dan investasi, dan properti. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi CT Corp dan memiliki 3 anak perusahaan yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. (3)

Sedangkan, tidak sedikit juga orang yang sukses karena privilege yang dimilikinya dimanfaatkan dengan baik, salah satunya yaitu Wirda Mansyur, hafidzoh sekaligus putri sulung Ustad Yusuf Mansyur yang berhasil mendirikan Milenial Anti Bokek. Millenial Anti Bokek merupakan platform yang menjadi wadah untuk belajar berwirausaha, dan penggerak para pengusaha muda untuk menggapai impian menjadi pengusaha sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun