Sampai di rumah ternyata ayah dan ibu ditemui Zikra sedang sholat Magrib. Kata adik zikra, ayah dan ibu sudah dari tadi  menunggu kedatangan kakaknya.  Zikra pun langsung ke kamar mandi dan berwuduk untuk sholat Magrib juga. Setelah sholat, Zikra menghampiri ayah dan ibunya dan bersalaman kepada mereka.Â
Betapa senangnya hati ayah dan ibu Zikra, melihat kegembiraan yang terpancar di wajah Zikra. Banyak hal yang diceritakan Zikra pada ayah ibunya, Namun  cerita Zikra terhenti tatkala ayah bertanya tentang lapor yang telah diterima Zikra semester ini. Zikra terdiam  memikirkan bagaimana cara menyampaikan pada ayah dan ibunya  bahwa peringkat yang didapatnya hanya rangking 4.Â
Dengan sangat hati-hati  dan sedikit gugup Zikra berkata, "tadi Zikra melihat lapor  Cantika di rumahnya, ternyata nilai Zikra jauh lebih tinggi dari nilai Cantika, nilai lapor Zikra hanya 2 angka nilainya 7 selebihnya angka 8 dan 9, sedangkan nilai Cantika ngak ada angka 9, angka 7 ada 4 dan selabihnya angka 8.Â
Namun Cantika rangking 1 sementara Zikra hanya rangking 4". Â Mendengar penjelasan Zikra, ayah ibunya merasa terharu dan bangga sekali, ternyata meskipun Zikra sekolah di ibu kota propinsi namun nilainya jauh lebih tinggi dari temannya yang bersekolah di ibu kota kabupaten. Zikra mampu bersaing dengan anak-anak yang ada di kota. Ayah dan ibu Zikra lebih memotifasi Zikra supaya juga juara 1 di kelasnya nanti.
Mendengar ungkapan ayah dan ibunya, Zikra merasa puas dan senang sekali karena masih bisa sekolah di kota. Ternyata ayah dan ibu tidak mempermasalahkan rangking yang telah diperolehnya waktu itu. Â Zikra bertekat untuk ke depannya harus bisa menjadi terbaik di kelasnya dan lebih membahagiakan ayah dan ibu nantinya.
Dharmasraya, 30 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H