Mohon tunggu...
Rahmawati Taufik
Rahmawati Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Dinas Pendidikan Kab. Dharmasraya

Hobi Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penolakan yang Bijaksana

8 November 2022   09:07 Diperbarui: 8 November 2022   09:19 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                          

Penolakan yang Bijaksana

Oleh : Rahmawati Taufik

Pagi  itu hari Ahad, Zikra dan ayahnya sedang duduk-duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. Di atas meja di depan Zikra duduk, ada dua cangkir  teh dan kue seadanya.

"Zikra...," terdengar suara  dari kejauhan. Zikra pun menoleh kearah sumber suara. Ternyata Cantika yang datang. Zikra sangat senang dengan kedatangan Cantika.  Cantika adalah teman sekelas Zikra di kelas 3. Zikra pun mempersilahkan Cantika untuk masuk dan duduk di kursi yang ada di sampingnya. Cantika pun duduk.

"Gimana kabarnya, Cantika." Sapa ayah Zikra pada Cantika. "alhamdulillah kabarnya baik Oom." Balas Cantika terhadap sapaan ayah Zikra. "silahkan ngobrol-ngobrol sama Zikra, Om kedalam dulu ya!." Ucapan ayah sama Cantika. Lalu ayah berdiri sambil mengambil secangkir teh yang ada di atas meja, dan masuk kedalam rumah. Ayah menyuruh Zikra mengambil minum untuk Cantika. "ngak usah repot-repot Om, aku hanya sebentar aja." Jawab Cantika kepada ayah Zikra.

"Benar nich, ngak diambilin minum." Canda Zikra pada Cantika. "Ngak usah Zikra, aku kesini mau memberitahukan bahwa di kampung sebelah ada kegiatan olahraga tradisional pacu jawi/Sapi. Dan aku diajak kakakku menyaksikannya. Kalau kamu tidak keberatan, aku mengajak kamu juga."  Cantika mengajak Zikra untuk pergi bersamanya. Zikra sangat senang dengan ajakan Cantika. Lalu Zikra berdiri dan berlari kearah rumah, dan mengatakan :"sebentar ya, aku bilang sama ayah ibuku dulu." Cantika ditinggal oleh Zikra.

Dari dalam rumah sebetulnya ayah dan ibu sudah mendengar percakapan Zikra dengan Cantika. Ayah mengkhawatirkan Zikra pergi dengan Cantika. Namun kalau tidak diizinkan ayah tak tega melihat Zikra bersedih. "Lain kali aja kita ajak Zikra melihat pacu Jawi itu." Sanggahan ibu pada ayah. Ayah belum sempat menjawab ucapan ibu, Zikra pun datang.

"Ayah, Ibu... Cantika mengajak Zikra melihat Pacu Jawi di desa sebelah. Zikra mohon izin ayah dan ibu untuk ikut Cantika dan kakaknya pergi ke desa sebelah." Kata Zikra pada ayah ibunya sambil memegang tangan ayahnya. Sejenak ayah terdiam mesti jawab apa pada Zikra.

 "ayah dan ibu juga bermaksud mengajak Zikra untuk melihat pacu jawi itu. Tapi bukan hari ini, karena hari ini ayah akan ke kebun memetik tomat, Zikra mau ikut dengan ayah..?," jawab ayah terhadap permintaan Zikra.

"Waah.. benarkah ayah akan mengajak Zikra ke kebun untuk memetik Tomat?." "iya..benarlah, masa iya ayah bohong,   kan Zikra belum pernah melihat kebun Tomat Kita." Ungkap ayah pada Zikra. "horee... Zikra diajak ayah kekebun memetik Tomat . nanti Zikra bantu ayah ya..." jawab Zikra dengan penuh kegirangan.

Tak lama kemudian Zikra pun Kembali keluar menemui Cantika, dan berkata, "Cantika... terimakasih yaa.. telah mengajak Zikra untuk ikut menyaksikan pacu Jawi. Tapi mohon maaf hari ini Zikra ingin membantu ayah memetik Tomat di kebun, lain kali aja yaah kita pergi." Penjelasan Zikra terhadap ajakan Cantika.

"Baiklah Zikra.. ngak apa-apa, lain kali aja kita pergi bersama. Aku pamid dulu ya, nanti kakak kelamaan menunggu."  Jawaban  cantika sambil bangkit dari duduknya. Cantika pun pergi.

Tak lama kemudian setelah sarapan, ayah, ibu dan Zikra pergi ke kebun memetik Tomat

Salam Literasi

Pulau Punjung, 8 Nopember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun