Sang Juara yang Rendah Hati
Oleh : Rahmawati Taufik
Memasuki usia 7 tahun Zikra bersekolah di salah satu SD di desanya. Pada waktu itu anak-anak di desa Zikra langsung masuk SD tampa TK terlebih dahulu. Karena TK belum ada di desa mereka. Kalau ingin masuk TK mesti pergi ke kota yang jaraknya cukup jauh dari desa mereka. SD zikra tidak jauh dari tempat tinggalnya. Zikra pergi sekolah tidak diantar oleh orang tua tapi ia pergi ke sekolah Bersama-sama teman sekolahnya.
Dihari pertama sekolah belum belajar waktu itu, tapi bu guru mengajarkan siswanya untuk saling memperkenalkan diri dengan teman-teman di kelasnya. Di hari kedua sekolah, waktu belajar matematika, sungguh sangat riang hati zikra karena mendapatkan nilai 10 waktu itu. Sepulang sekolah dengan hati yang sangat gembira Zikra pulang terburu-buru ingin memperlihatkan nilainya pada ayah ibunya. Ayah ibunya sangat senang dan bangga dengan nilai yang didapat oleh Zikra. Sehingga Zikra dikasih hadiah berupa mainan yang dibeli di warung dekat rumah Zikra. Sungguh sangat senang hati Zikra mendapatkan hadiah mainan itu.
Hari demi hari, bulan pun bergaanti bulan, Zikra tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tergolong anak yang multitalenta. Ia senang bernyanyi, olah raga, pidato, puisi, dan lain-lainnya. Pelajaran yang paling dia sukai adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Hampir setiap belajar matematika dan Bahasa Indonesia  Zikra tampil ke depan diminta oleh gurunya.
Teman-teman Zikra sangat senang dengan Zikra. Disamping pintar dan cerdas Zikra juga ramah orangnya dan mau berteman dengan siapa saja baik dengan teman sekelasnya maupun dengan kakak-kakak di sekolahnya.
Tiga bulan sudah berlalu menduduki bangku sekolah di kelas satu SD. Tibalah saatnya terima lapor triwulan pertama waktu itu hari Sabtu. Setelah lonceng berbunyi semua siswa berkumpul di lapangan upacara. Semua siswa berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing dan berurutan mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Setelah semua barisan rapi kegiatan dimulai. Diawali dengan pengarahan dari kepala sekolah kemudian pengumuman rengking  masing-masing kelas yang dibacakan oleh salah seorang majlis guru.
Kegiatan ini merupakan pengalaman pertama bagi Zikra. Bagi siswa siswi di sekolah itu kegiatan ini sangat ditunggu-tunggu dan mendebarkan, apalagi bagi siswa-siswa yang biasa rengking  di kelas masing-masing. Namun bagi Zikra kegiatan ini biasa saja dan tidak ada istimewanya.
Pengumuman rengking  kelas sudah dimulai. Diawali dengan pembacaan rengking  kelas dari kelas 6 sampai ke kelas 1. Bagi siswa yang tersebut Namanya maju kedepan ditengah tengah lapangan. Setiap pembacaan rengking  kelas dari kelas 6 dan seterusnya semua guru dan siswa bertepuk tangan termasuk Zikra ikut-ikutan bertepuk tangan.
Tibalah saatnya pengumuman untuk kelas satu. Dimulai dari rangking tiga, dua dan satu. Betapa kagetnya Zikra waktu itu Ketika bu guru menyebut namanya, kata Bu Guru "peringkat satu  diraih oleh anak kita Lailatul Zikra". Semua guru dan siswa bertepuk tangan, namun  Zikra kebingungan seolah-olah tidak ada kegembiraan di hatinya. Guru memanggil Zikra untuk kedepan begitu juga kakak kelas disekitar Zikra menyuruh Zikra maju ke depan.
Dengan kebingungan Zikra pun melangkahkan kakinya kedepan berbaris bersama siswa siswa yang sudah terpanggil sebelumnya.  Satu persatu siswa yang rengking 1 - 3  dikasih hadiah, zikra mengamati dengan penuh tanya di hatinya. Tibalah giliran Zikra menerima bungkusan yang bertuliskan rengking  I kelas satu. Hadiahpun diterima oleh Zikra dari guru dengan ucapan, "selamat ya Zikra telah meraih rangking satu semoga ke depannya Zikra bisa memperahankan dan  meningkatkannya,". Sambil mengajukan tangan untuk bersalaman dengan Zikra.
Dengan ucapan selamat dari bu guru, Nampak Zikra kegirangan, ternyata rangking I itu adalah juara 1. Sebelumnya menurut Zikra angka satu adalah angka terkecil, sehingga Zikra bingung dengan sorakan dan tepuk tangan Ketika dibacakan peringkat kelas.
Zikra bertambah yakin dan gembira setelah pembagian lapor di kelas serta ucapan selamat dari guru dan Sebagian teman-temannya. Setelah itu Zikra langsung pulang ke rumah ingin memperlihatkan lapor dan bungkusan hadiah pada ayah ibunya. Belum sampai di rumah, Zikra berteriak kegirangan, "ayah, ibu Zikra juara I" ucapan itu berulang ulang disebut Zikra hingga di depan ayah ibunya.
Dengan rasa syukur dan sengat senang ibu Zikra juga mengucapkan selamat kepada Zikra. Dengan ucapan,"selamat ya anakku, semoga kedepannya Zikra menjadi anak pintar yang sholehah, Â tercapai cita-cita, berguna bagi nusa dan bangsa, aamiin..." sambil memeluk dan membelai kepala Zikra.
Di luar terdengar suara motor ayah yang baru datang. Zikra melepaskan pelukan ibu dan berlari ke luar menyonsong kedatangan ayah, Ibu pun mengikutinya. Betapa senang hati ayah mendengar teriakan Zikra, "ayah... Zikra juara I dan mendapakan hadiar dari bu guru." Sambil mengajukan lapor dan bungkusan hadiah pada ayah. Ayah pun memeluk Zikra dan berkata, "alhamdulillah anak ayah juara I, ayah kasih juga hadiah ya. Zikra mau hadiah apa?," ucapan ayah tulus dengan tersenyum dan penuh  kebahagiaan.
Zikra menyambut ucapan ayah dengan senangnya, "betulkah itu ayah?." "iya, Zikra mau apa ?" ayah meyakinkan Zikra. " Zikra mau ikut ayah ke pasar dan membeli Alqur'an dan terjemahan seperti alqur'an kak Hana di tempat mengaji," sahut Zikra pada ayah. Ayah kaget dan terharu mendengar permintaan Zikra. Tak terpikirkan sebelumnya oleh ayah kalau permintaan  anaknya Alqur'an dan terjemahan itu.
Dan esok hari ayah mengajak Zikra dan ibu pergi kepasar membeli hadiah untuk Zikra berupa Alqur'an dan terjemahan.
Salam Literasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI