Saat ini sudah tidak jarang lagi kita temui pecinta hewan peliharaan khususnya kucing, bahkan sudah banyak komunitas pecinta hewan yang imut dan menggemaskan ini di Indonesia dan manca negara. Tentunya hal tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bisnis yang sangat menguntungkan, mulai dari pakan, vitamin, pasir, shampoo, dan aksesoris pada kucing. Peluang bisnis ini dimanfaatkan oleh Mustofa (48), warga Dusun Krajan, Junjung, Sumbergempol, Tulungagung.
Berawal dari mencoba hal baru dan melihat peluang bisnis yang bagus, ia memulai untuk berkecimpung dalam bisnis produksi pasir kucing. Tempat produksi pasir kucing yang ia dirikan berlokasi di Desa Junjung, Sumbergempol, Tulungagung. Usaha pasir kucing ini mulai ia geluti tepatnya pada tahun 2015, perusahaan tersebut ia beri nama Usaha Pasir Kucing Mahendra Prawira.
Dalam produksi pasir kucing ini ia menggunakan bahan baku berupa tanah bentonite. Mustofa memilih untuk menggunakan tanah bentonite karena mudah menyerap air dan bau urin yang tidak sedap dan menyengat. Ia juga menjelaskan proses produksi pasir kucing ini, dalam proses produksinya relatif rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Beberapa tahap dalam proses produksi pasir kucing ini yakni pengeringan bahan baku yang berupa tanah bentonite dengan cara dijemur, bahan baku yang sudah kering digiling sampai teksturnya menjadi seperti bubuk, proses yang harus dilalui selanjutnya yaitu proses granulasi, proses ini dilakukan supaya membentuk butiran, pengeringan dilakukan kembali, lalu pasir yang sudah kering diberi pewangi dengan cara disemprotkan, dan proses yang terakhir yaitu pengemasan. Proses produksi pasir kucing ini memerlukan waktu sekitar 4 hari untuk sekali proses produksinya.
Bisnis produksi pasir kucing yang ia miliki tentunya membutuhkan modal yang tidak murah, biaya untuk satu set mesin produksi harganya bisa mencapai sekitar 200 juta. Biaya untuk modal yang ia keluarkan tersebut belum termasuk untuk lahan dan bangunan.
Pekerja yang terdapat di usaha pasir kucing milik Mustofa berjumlah 22 orang, dengan jumlah pekerja tersebut proses penggarapan produksi pasir kucing cukup efisien. Ia mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu satu minggu pasir kucing yang dihasilkan volumenya bisa mencapai sekitar 25 ton pasir gumpal wangi jenis premium.
Pada proses produksi pasir kucing ini tentunya juga tidak luput dari beberapa kendala. "Kendalanya ya tenaga kerja mungkin kurang, musim penghujan, kadang itu juga susah untuk impor soda ash," ungkapnya. Musim penghujan sangat mempengaruhi proses produksi yaitu proses pengeringan bahan baku, hal tersebut dapat menghambat produksi pasir kucing. Dalam proses produksi soda ash digunakan untuk aktivasi peningkatan daya serap bahan baku berupa tanah bentonite terhadap air dan bau yang tidak sedap. Ia biasanya mengimpor soda ash yang berasal dari Amerika.
Ketika masa pandemi beberapa bulan yang lalu merebak di Indonesia, ia mengungkapkan bahwa pandemi tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnis produksi pasir kucing yang ia jalani karena berkaitan dengan hobinya. "Hobi itu mahal harganya, jadi bisnis ini tidak terpengaruh saat pandemi," katanya.
Pasir kucing yang sudah jadi ia kenai harga Rp2.200 untuk setiap kilonya. Pengiriman pasir kucing yang sudah melalui proses pengemasan dikirimkan ke seluruh daerah yang ada di Indonesia sesuai dengan permintaan. Terdapat beberapa macam varian untuk bau parfum dari pasir kucing ini, diantaranya bau apel, lavender, strawberry, lemon, kopi, dan melati. Dalam proses penjualan produk pasir kucing milik Mustofa ini seringkali laku, bisa dibilang laris manis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H