Mohon tunggu...
Rahmaty El-basqy
Rahmaty El-basqy Mohon Tunggu... -

Lampung

Selanjutnya

Tutup

Politik

BBM Bikin Jokowi Galau

27 Agustus 2014   22:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:21 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir media nasional selalu meliput tentang kelangkaan BBM, baik di Jakarta maupun di daerah. Setelah sebelumnya media fokus mengenai hasil sidang MK tentang sengketa Pilpres, kelangkaan BBM seperti layaknya krupuk murah sebagai headline Media karena selalu menjadi berita sensitive. Ramainya media memberitakan kelangkaan BBM karena jumlah yang di batasi sesungguhnya bukan hal yang berlebihan meskipunsudah menjadi kebiasaan. Hal yang menarik adalah kelangkaan BBM ini selain berkaitan dengan anggaran subsidi yang terbatas juga karena bersamaan dengan berakhirnya periode SBY yang akan di gantikan oleh Jokowi JK pada tanggal 20 Oktober 2014.

Sesuai dengan keputusan KPU 22 Juli dan keputusan MK tanggal 21 Agustus 2014, Jokowi-JK adalah pimpinan nasional setelah SBY yang telah memimpin negeri ini selama 10 tahun. bersamaan dengan detik-detik pergantian ini, Isu mengenai BBM, mulai dari kelangkaan, Pembatasan distribusi, beban subsidi dan efek yang akan terjadi pada kepemimpinan baru telah menjadi fokus media nasional. Hal ini terlihat dari banyaknya media dan pengamat yang mengaitkan kelangkaan BBM dari sudut pandang politik.

BBM ADALAH MARTABAT

Sejak Orde baru lengsernya, isu tentang BBM adalah isu yang sangat sensitife dan menjadi perhatian semua lapisan masyarakat. Beban APBN yang sangat besar, semua lapisan masyarakat yang membutuhkan membuat BBM lebih penting dari segalanya. Setiap kenaikan BBM, demonstrasi mahasiswa dan lapisan masyarakat terjadi di mana-mana. Bahkan tidak sedikit yang di akhiri dengan rusuh. Menjelang pemilu 2009, penurunan harga BBM dengan alasan turunnya harga minyak dunia di anggap sebagai prestasi luar biasa pemerintah sehingga mampu mendongkrak suara partai tertentu. Hal ini memberi gambaran, apapun berita tentang BBM pasti akan di tanggapi secara serius karena merupakan kepentingan sosial sekaligus sebagai ukuran martabat pimpinan atau pemimpin negeri ini.

Hal ini tampaknya yang menjadi kegalaun Jokowi-JK. Meski sejak awal terlihat mandiri dalam bersikap dalam mengambil keputusan, mereka di buat kelimpungan mengenai BBM. Beberapa kali Jokowi, JK dan tim media di buat kebingungan dengan masalah BBM. Dan akhirnya, setelah komunikasi, Jokowi menemui SBY di Bali, dimana saat itu SBY sedang menghadiri acara salah satu badan di bawah PBB. Meski isu tentang politik kekuasaan menyelimuti pertemuan tersebut, hal yang paling menonjol justru Jokowi terlihat ingin segera bertemu dengan SBY. Merujuk beberapa pengamat, selain urusan politik, BBM pasti akan menjadi bahasan di antara mereka berdua.

Hal yang membuat Jokowi galau tentu adalah tantangan mengendalikan anggaran APBN 2014 dan menyesuaikan dengan APBN 2015 yang sudah di sahkan oleh DPRRI. Perubahan sikap Jokowi sebenarnya hal yang lumrah dan biasa di bidang politik apalagi di awal-awal kepemimpinan Jokowi JK. Bahkan, JK yang terkenal tegas dan cepat dalam mengambil keputusan meyakini jika solusi atas kelangkaan BBM ini adalah kenaikan BBM. Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang akan menaikan?

Nah! Ini yang sepertinya menjadi kegalauan selanjutnya. Karena menaikan atau menurunkan BBM adalah martabat seorang pimpinan nasional dan jika JK sudah menegaskan kenaikan BBM adalah satu-satunya solusi, apakah SBY akan menaikan BBM menjelang akhir kepemimpinan atau Jokowi yang akan menaikannya, yang jelas salah satu dari keduanya akan melakukan. Apalagi urusan BBM bukan perkara yang mudah, Presiden, DPR, Pengamat, Media, Mahasiswa dan unsur masyarakat pasti terlibat. SBY tentu tidak ingin menaikan BBM di akhir kepemimpinannya akan menjadi citra buruk meski begitu Jokowi pasti juga bingung karena di awal kepemimpinannya harus menaikan BBM dengan APBN yang terbatas dan dia tidak ikut dalam menyusunnya, belum lagi peta koalisi DPR-RI yang belum jelas dan pasti.

Sekali, menaikan dan menurunkan BBM bagi negara ini masih berkaitan dengan Martabat dan masalah yang sangat komplek, apakah ini drama politik? Beberapa orang mungkin percaya tetapi banyak juga yang tidak percaya begitu saja, yang jelas kelangkaan BBM di akhir kepemimpinan nasional menciptakan kegalauan yang luar biasa bagi pemimpin negeri ini. Kita lihat saja bagaimana hasil pertemuan Jokowi dan SBY yang dilakukan di Bali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun