Bagi anda para wanita, mungkin tidak semuanya. Hanya segelintir saja, termasuk saya.
Pernahkah mendengar kalimat seperti “buat apa wanita sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya didapur juga” atau mungkin “wanita itu nggak wajib cari nafkah”. Sebagian dari kita pasti pernah, saya yakin itu.
Itulah beberapa kalimat yang kadang menguras emosi juga. Tentang keinginan belajar yang dikait-kaitkan dengan hal berbau material. Percaya atau tidak, bahwa semuanya tidak selalu berhubungan dengan materialistik. Memang, bersekolah tinggi atau mungkin kuliah itu berhubungan erat dengan prospek kerja. Namun, bagaimana jika diluar itu ada hobi atau keinginan untuk mempelajari lebih dalam tentang suatu hal yang menurut kita menarik secara lebih spesifik. Seperti yang kita tahu, bahwa di SMA, guru menerangkan mata pelajaran secara umum, kita diharuskan mempelajari banyak hal secara bersamaan yang terkadang tidak kita sukai, atau bahkan benci. Berbeda dengan kuliah atau bisa juga kursus, yang mempelajari hanya dalam satu bidang yang bisa kita pilih sendiri sesuai keinginan.
Bahkan dalam pandangan saya, belajar sesuai minat itu bukanlah hal yang membosankan. Malah suatu hal yang menyebabkan kecanduan. Bahkan, terkadang kita akan mempelajari hal tersebut tanpa perintah dari siapapun dengan alasan rasa penasaran. Disitu akan ada rasa puas jika kita berhasil dan akan ada rasa semangat mencoba jika kita gagal.
Memang sulit mengubah pola pikir orang, tentang apa yang sudah ia yakini sejak dulu. Dalam hal ini, sekalipun diberi banyak nama wanita yang sukses berkarir dengan bersekolah tinggi, tetap saja dalam pikiran mereka adalah hal itu-itu saja.
Hal ini kadang menyebabkan perasaan jengkel sendiri. Bagaimana tidak, kita harus siap-siap pasang kuping untuk mendengarkan komentar-komentar miring tentang apa yang mereka yakini terhadap apa yang kita jalani. Sekalipun sudah zamannya emansipasi wanita, tetap saja hal seperti ini tidak bisa dihindari. Terutama pada orang-orang tertentu dengan pola pikir stagnan, tidak berkembang bahkan cenderung berhenti.
Dengan berlandaskan passion, seseorang akan merasa ringan dan merasa apa yang dilakukan itu bukanlah suatu paksaan, melaikan kesenangan tersendiri. Saya masih ingat betul perkataan guru saya, kuliah itu yang penting dijalani dulu dengan niat sungguh-sungguh, dapat kerja yang sesuai itu, anggap saja bonus.
Sekalipun nanti, kami para wanita, akan berjibaku didapur dan mengurus rumah tangga. Bukan berarti itu menghalangi apa yang kami inginkan sekarang bukan? Asalkan keinginan itu masih dalam garis positif dan tidak merugikan orang lain kenapa tidak? Berhubung sekarang belum saatnya, jadi saya mau mengejar kesuksesan dulu.
Setiap orang pasti mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mencapai kesuksesannya, entah dengan sekolah tinggi dulu atau langsung usaha atau yang lainnya, itu pilihan. Semua akan terasa menyenangkan asalkan hati dan perbuatan sejalan.
Selain diam dan mendengarkan, kita bisa apa dalam menaggapi pikiran-pikiran mereka yang terkadang memojokkan. Cukup buktikan dengan apa yang bisa kita dapatkan diakhir nanti, sesuai apa yang kita yakini diawal. Tidak mudah memang, namun itulahlah letak tantangannya. Namun, meski begitu, banyak juga wanita-wanita hebat yang bisa mengimbangi kedua peran tersebut. Hebat bukan ?
Siapa tahu, justru karena kita, mereka mau mengubah pola pikirnya. Bisa saja kan? Untuk sekarang, yang terpenting lakukan saja apa yang terbaik, untuk yang terbaik, dan tidak ketinggalan, tentu saja disertai niat baik dan tidak lupa juga do’a. Pisau yang tajam saja mengalami proses pembuatan yang menyakitkan, dibakar dan dipukul. Kita juga harus membakar semangat diri dan memukulnya dengan usaha nyata. Chayo-chayo wanita Indonesia!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H