Dalam kamus social egoisme adalah sikap anti social atau di kenal sebagai sikap atau tingkah laku yang didasarkan dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain.Â
Dalam pergaulan sosial, individu yang hanya fokus kepada kebutuhannya sendiri lambat laun akan diliputi perasaan sengsara, dan tanpa daya. Karena, sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak bisa hidup sendiri. Manusia memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
Hakekat Manusia adalah mahluk yg bergantung satu sama lain
Allah di dalam Al-Quran surat Al-alaq ayat ke :2 menerangkan
Manusia di ciptakan dari sesuatu yg bergantung  (al-alaq 2)
Allah mentakdirkan manusia sebagai mahluk yang sejak awal kehidupannya selalu bergantung  kepada lainnya, karena manusia tidak di ciptakan untuk sendirian melainkan membutuhkan lainnya. Â
Pada proses penciptaan manusia, sel telur pada wanita tidak akan berproses sebelum adanya kehadiran zygot (laki-laki). Ini menggambarkan betapa manusia sejak awal sangat membutuhkan lainnya terbukti dalam masa awal proses kejadian manusia, begitupun untuk menjalankan kehidupan lainnya, inilah disebut manusia sebagai mahluk social.Â
Jika kita mau berfikir sejenak kebutuhan akan makannya pun manusia membutuhkan orang lain mulai dari pengadaan nasi sampai kepada lauk pauknya semua di hasilkan atas bantuan orang lain.Â
Nasi  yang berasal dari petani yang bercocok tanam sehinnga menghasilkan padi kemudian di panen menjadi gabah dan beras/ dari beras di angkut ke pasar induk , dan dari pasar induk di distribusikan kea agen/ took dan warung warung kelontong, warung kelontong ini kita membeli beras untuk dimasak dan di jadikan hidangan makanan sehari-hari.Â
Begitu Panjang  estafet keterlibatan orang lain dalam menghadirkan makanan di atas meja makan.
Sebagai makhluk sosial, setiap manusia tidak bisa hidup sendiri. Tanpa kehadiran orang lain hidup manusia tidak lengkap atau tidak sempurna dan bahkan tidak bahagia. Tanpa kehadiran orang lain (hawa) dalam konteks adam , maka manusia akan punah.Â
Setiap orang harus sadar bahwa dirinya akan menjadi makin bermakna atau berharga karena penghargaan dari orang lain. Guru berharga karena ada muridnya; dosen berharga karena ada mahasiswanya; penyanyi berharga karena ada penontonnya/audience; pemimpin berharga karena ada yang dipimpinnya. Seorang menjadi besar juga karena dibesarkan orang lain.Â
Suatu produk berharga karena ada pembelinya/pemakainya. Orang kota membutuhkan orang desa dan sebaliknya. Ustaz/pendeta berharga karena ada umatnya. Siapapun dia, apapun status atau jabatannya, pasti membutuhkan orang lain. Sesungguhnya hidup ini menjadi berhaga atau berarti karena kehadiran orang lain.Â
Jadi setiap orang harus berkata bahwa manusia saling membutuhkan, maka penting untuk saling menghargai.dan memberikan manfaat satu sama lain.
Visi (tujuan ) dan Misi hidup manusia
Allah menegaskan bahwa visi (Tujuan) hidup manusia adalah menyembahnya QS Adzariat: 56
Â
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Jika visi (tujuan ) hidup manusia adalah menyembah Allah (ibadah) maka Misi kehidupannya adalah bermanfaat untuk orang lain. Tujuan tidak akan tercapai jika Misi tidak bisa di laksanakan.Â
Sehingga prioritas dalam mengisi kehidupan untuk mencapai tujuan hidup manusia satu satunya adalah  bagaimana bisa saling memaksimalkan untuk memberikan manfaat satu sama lain. Dan semua amal soleh yg di anjurkan , pada hakekatnya adalah memberikan manfaat bagi orang lain.
Firman Allah di dalam QS al-Hujurot : 13
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Peran dalam kehidupan adalah sarana kebermanfaatan untuk orang lain
Allah jadikan manusia 2 jenis laki-laki dan perempuan. Serta Allah memberikan kelebihan dan kekurangan masing masing. Â Laki laki Allah ciptakan dengan fisik yang kuat tidak sama dengan perempuan yang Allah ciptakan fisik tidak sekuat laki-laki.Â
Sehinnga pertanggung jawabannya di hadapan Allah akan berbeda sesuai dengan perannya masing masing (ali imron : 36). Ketika Allah persatukan laki-laki dan perempuan maka berubahlah peran mereka menjadi suami dan istri. Ketika Allah anugrahkan mereka anak maka mereka memerankan sebagai sosok orang tua di hadapan anak-anaknya.Â
Maka peran orang tua dengan kewajibannya memiliki pertanggung jawaban sebagaimana peran anak terhadap orang tua mereka dan seterusnya dan seterusnya, Dari " peran " inilah manusia menjalankan misi kebermanfatan bagi orang lain. Ketika menjalankan peran tadi manusia mengesampingkan egoisme dalam dirinya seiring berjalannya waktu dengan semakin matangnya jiwa manusia. Â
Semakin maksimal kebermanfatannya semakin tinggi kualitas di hadapan Allah dan di hadapan manusia. Seorang ibu yang mengorbankan dirinya untuk mengandung anak anaknya mengurus dan memelihara serta mendidik sampai menjadi soleh solehah bukanlah perkara mudah, ini memerlukan pengorbanan diri untuk kebermanfaatan anak-anaknya.Â
Sehinnga walaupun anaknya hanya 9 bulan di dalam perunya tetapi seumur hidup hati dan fikirannya ia persembahkan untuk keberhasilan serta kebaikan anak-anaknya. Mengorbankan egoisme untuk kebaikan anak anaknya.
 Begitupun bagi seorang ayah yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk menafkahi istri dan anak-anaknya tidak memikirkan kesenangan pribadinya yang ada dalam hati dan fikirannya hanya bagaimana dapat memenuhi kebutuhan  keluarganya. Peran ayah dan pengorbanannya akan di hitung sebagai nilai kebermanfaatan orang lain.
Di dalam masyarakat, seorang pemimpin dari RT smpai presiden memiliki peran penting serta tanggung jawabnya masing-masing sebagai sarana untuk kebermanfaatan bagi orang lain. Seberapa besar manfaat yang di rasakan selama masa jabatan yang di genggamnya akan di hitung sebagai sarana kebermanfaatan. Begitu juga peran sebagai professional seperti guru dosen atau profesi lainnya.Â
Setiap peran yang di jalankan manusia sesungguhnya adalah sarana untuk memaksimalkan nilai manfaat bagi orang lain semakin maksimal kebermanfaatannya akan semakin bernilai dalam  kehidupannya. Itu semua dapat terwujud jika manusia bisa memahami dengan baik visi dan misi kehidupannya. Wallahu alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI