Tak banyak orang mengetahui termasuk Mila Adnan Hussain, mengenai sejarah asal usul Dilan. Tidak tertulis dalam buku-bukunya mengenai cerita kelahiran Dilan. Padahal sebenarnya hal ini penting diketahui oleh orang yang merasa bahwa hal tersebut penting. Aku mau menceritakannya, mudah-mudahan ini bermanfaat bagi kalian. Setelah jatuhnya rezim Soeharto pada 1998, dua tahun berselang Dilan dilahirkan. Bisa dibilang Dilan lahir dan hidup pada masa reformasi dimana dalam darahnya terdapat jiwa-jiwa kebebasan pers. Bayangkan saja jika dilan hidup di masa orde baru,mungkin buku-buku yang menceritakan tentang Dilan mungkin saja dilarang  terbit karena dituduh merupakan propaganda cinta berlebih pada Mila bukan Negara.
Banyak mungkin orang menyangka dan aku juga bahwa Dilan lahir di Bandung, tapi setelah ngobrol bareng Bi Eem. Aku jadi tau sejarahnya.
"Dilan mah aslinya mah orang Cianjur lahirnya di Tanggeung, neng."
"Yang bener bi"
"Beneran neng, bibi mah tara ngabohong"
Bi Eem lebih mengetahui tentang Dilan, dari pada aku sebagai pacarnya. Kayaknya Dilan lebih cocok jadi pacarnya Bi Eem. "Hus, apaan sih cik" gumam Cika dalam hati. Cika tidak mau berlarut dalam kesedihan karena mengetahui Bi Eem lebih mengetahui semua tentang pacarnya..
Cika akhirnya memutuskan untuk pulang. Karena perasaan sedih yang berkecamuk dalam pikirannya hingga ia lupa untuk membayar jajanannya. Bi Eem mengetahui hal tersebut, ia bingung apa yang harus dilakukan. Bi Eem tahu sore nanti ada setoran kosipa yang perlu dibayarkan.
"Neng, belum bayar"
"Oh iya bi, saya lupa wkwkwk"
Seketika warung bi Eem gegap gempita dengan suara tawa, Â disana Anhar yang tertawa paling keras.
"Hhhaha pohoan si neng mah jiga Nini"
Mendengar ucapan tersebut membuat Cika menangis, pucuk dicinta ulam pun tiba. Sperti yang belum kita ketahui bersama bahwa dilan memasang notifikasi dalam tubuhnya jika pacarnya disakiti.
Dilan melihat aku menangis. "Kamu kenapa Cika?"
Aku tidak menjawab, diam sejuta bahasa.
"Bi Eem kenapa Cika menangis?" Bi eem juga tidak menjawab.
Anhar segera menghampiri dan memeluk dilan, "Maapin urang Lan, urang ga sengaja"
"Oh jadi maneh deui"
Plak, Plak, Plak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H