Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Payungi: Tentang Sepotong Pagi, Setangkup Tradisi dan Literasi

16 Oktober 2019   07:52 Diperbarui: 16 Oktober 2019   07:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kursi sederhana dari bambu ditata berjajar merapat ke tembok, meja pedagang berukuran sedang disusun sepanjang jalan bagian belakang, ada tempat duduk mirip bangu panjang yang ada di tengah, barangkali tempat santai sembali menikmati kuliner tradisional atau menunggui anak yang sedang bermain.

Aku membayangkan pagi hari yang indah di Payungi, dengan sinar mentari yang segar menerobos celah-celah batang bambu, sembari menyisipkan sepotong gethuk yang telah ditaburi kelapa ke dalam perut. Mengambil sebuah novel, membuka dan membaca beberapa halaman. Mengisi bukan hanya perut, tapi juga memori. Mengabadikan kenangan.

Namun, lagi-lagi sepotong pagi itu lewat begitu saja. Saya gagal menyusun bayang-bayang makanan tradisional, buku dan pagi yang sejuk menjadi kenangan. Beruntunglah, karena Ahad (28/7/2019) ini, gelaran Payungi dibuka hingga malam.  

"Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi) menggelar kegiatan kolaborasi dengan berbagai komunitas.  Ini adalah gelaran pertama kami yang fokus pada seni dan budaya.  Selain kuliner dan wahana permainan yang menjadi ciri khas Payungi, membaur adalah kolaborasi komunitas musik, mural dan grafity,  pameran produk komunitas kota dan beberapa workshop terkait mural, desain grafis, video maker dan lainnya," terang Dharma Setyawan, Dosen IAIN Metro yang juga penggagas Payungi ketika berbincang bersama beberapa kawan, lepas Isya seraya menikmati kopi.

Malam itu suasana Payungi cukup ramai, meski tetap tak seramai pagi hari. Beberapa komunitas musik secara bergantian mentas di atas panggung, menghibur pengunjung dan beberapa pedagang, komunitas mural dan grafity juga masih bersemangat melukis ruang-ruang kosong di tembok pagar.

Pasar Yosomulyo Pelangi memang telah menjelma menjadi sepotong pagi bagi warga Metro, setangkup tradisi serta sedikit literasi. Dan, kita terkadang membutuhkan suatu waktu dan suatu tempat untuk menemukan kembali tradisi. (*)

Rahmatul Ummah, Warga Yosomulyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun