Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Tamu Kehormatan

27 November 2017   00:57 Diperbarui: 27 November 2017   01:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Ketiganya terkapar dengan mulut berbusa.

"Maafkan aku kawan, akulah yang menaburi racun pada kopimu, aku tak tahan menjadi orang miskin sehingga tergiur tawaran Tuan Saleh, menjanjikan sejumlah uang untuk membunuhmu," dalam kondisi sakarat ketiganya membuat pengakuan yang sama.

***

Sebuah undangan berwarna hitam, bertuliskan tinta putih keperakan tergelatak di atas meja ruang tamu.

Khan meraih dan membaca pelan, "undangan pernikahan," ejanya. Ia kembali meletakkannya, sembari berlalu menuju kamarnya yang berantakan. Tanpa mengeluarkan sepatu, Khan langsung membaringkankan tubuhnya di tempat tidur, terlentang menatap langit-langit kamar.

Baginya undangan pernikahan adalah petaka. Tak tersisa lagi teman sebayanya.

"Minggu besok, Maul menikah!" Ibunya masuk kamar dan melempar undangan yang tadi ia tinggalkan di atas meja. 

Setiap kali ibunya memberi tahu undangan pernikahan teman-temannya, Khan akan segera menyambar bantal dan menelungkupkannya di atas kepala.

Namun, ini soal Maul. Orang yang tak ingin Ia ingat sama sekali, sejak kejadian tragis di kedai kopi setahun lalu. Teman yang mencampurkan serbuk racun di kopinya karena tergiur materi dari Tuan Saleh, tawaran yang juga berlaku untuk dirinya dan Iyan.

Kejadian yang akhirnya menjadikan malam petaka bagi mereka bertiga, mereka sama-sama terkapar dengan mulut berbusa, Iyan meninggal di rumah sakit. Ia selamat sebelum akhirnya memilih balik kampung, berubah menjadi lebih pendiam dan suka menyendiri, sedangkan Maul menghilang tanpa kabar berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun