Kini, Maul yang diharapkannya juga sudah menjadi tengkorak, justeru hadir lewat undangan bersampul hitam, mengabarkan bahwa dua hari lagi ia akan menikah. Sebuah pesan yang sangat pahit daripada serbuk racun yang bercampur dengan kopi yang ia tenggak setahun lalu.
Pahit bersama gelegar celoteh Ibunya yang tak pernah bisa berhenti. Menyebutnya sebagai lelaki tak jelas, tak kunjung menikah dan bekerja. Sama sekali tak berguna.
Khan menimang-nimang kartu undangan bersampul hitam itu. Diejanya lagi nama Maul, sebagai sahabat, ada rasa rindu di sudut hatinya.
***
Khan berangkat lebih awal, agar bisa menghadiri akad nikah Maul -- tak ada lagi dendam, berganti rindu pada sahabat lama, Ia ingin segara cepat-cepat sampai dan ingin memeluk Maul, meminta maaf dan bercerita banyak hal. Namun, jarak yang sangat jauh bercampur dengan kemacetan di jalan, membuat ia tetap terlambat. Akad nikah sudah selesai.
Khan memilih tempat duduk di bagian paling belakang. Sendiri.
Khan mengenang masa-masa indah kebersamaan mereka bertiga, awal mula perkenalan mereka di sebuah kampus hingga akhirnya mereka memilih pekerjaan yang sama menjadi Penjaga Kedai Kopi, karena hanya ingin menikmati kopi gratis.
Maul adalah lelaki yang paling cuek, penampilannya acak-acakan. Jarang mandi. Perawakannya kecil, tapi memiliki keberanian dan nyali paling hebat. Iyan, lelaki paling romantis dan puitis, tak pernah apatis meski telah ditolak gadis berkali-kali. Dan, Khan, menurut para sahabatnya adalah lelaki paling menawan dan rupawan, banyak perempuan yang datang, tetapi tak pernah Ia respon, alasan utamanya adalah perkawanan.
Perjalanan persahabatan yang begitu manis, hingga perkenalan mereka dengan salah seorang pengunjung bernama Tuan Saleh. Seorang pejabat penting di kota tempat mereka bekerja, anak dari seorang komisaris perusahaan besar di Jakarta, Tuan Mahodra yang kaya raya.
Awalnya, tak sedikit pun mereka tertarik untuk kenal. Apalagi Tuan Saleh seringkali marah tanpa sebab, memaki dan menyumpahi mereka bertiga dengan alasan kopi yang mereka buat tak pas takarannya, padahal mereka sangat yakin kopi yang Tuan Saleh puji beberapa hari yang lalu, takarannya selalu sama dengan kopi yang tiba-tiba meledakkan amarah Tuan Saleh.
Jika sudah marah, seluruh sumpah serapah dan nama binatang akan muncrat dari mulutnya, tanpa mengindahkan pengungjung kedai yang ramai.