Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Empusa, Si Setan Cantik

26 November 2017   11:50 Diperbarui: 26 November 2017   12:07 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, hari ini adalah hari di mana kebajikan menjadi susah dibedakan dengan kejahatan. Orang-orang yang penampilannya sangat relegius, bicaranya pun fasih tentang halal-haram, baik-buruk dan fasih mengutip ayat-ayat suci, tetapi hari-harinya dipenuhi dengan demdam kesumat, aksi tipu-tipu, korupsi bahkan memakan hak-hak rakyat kecil.

Tak jarang kita terpukau dengan penampilan seseorang dengan asesoris agama, berkopiah dan bersorban, ketika berdoa panjang dan berderai air mata, lidahnya fasih berucap tasbih, rajin sedekah untuk para kyai dan pesantren yang jamaahnya banyak, namun enggan membantu kaum mustadhafien yang terpinggir di sudut sunyi kota.

Begitulah, kebaikan yang bergantung publikasi. Ibadah dan membantu pembangunan sarana ibadah sebagai kedok mengaburkan dosa sosial karena telah berhasil merampok tanah rakyat, mengangkangi ekonomi pengusaha kecil, merusak dan mencemari lingkungan dengan limbah usaha. Orang-orang seperti ini, biasanya sangat mengutamakan penampilan sebagai topeng, wajahnya terias indah dan menawan, namun lakunya seperti setan tak terlawan.

Dalam mitologi Yunani, perilaku semacam itu digambarkan dalam sosok Empusa, raksasa perempuan yang memiliki kemampuan muncul dalam berbagai samaran bentuk yang berbeda-beda, bisa menjadi hewan atau sebagai perempuan muda dan cantik yang menggoda.

Diceritakan dalam sebuah cerita rakyat kuno tentang Empusa, pernah ada seorang pria berumur 25 tahun dari Lycia bernama Menippus yang cerdas, tampan, dan baik. Suatu hari ketika sedang berjalan, ia bertemu dengan seorang perempuan asing yang berwajah cantik bernama Fenesia yang merupakan jelmaan dari Empusa, karena kesaktian mantra Empusa Menippus pun jatuh hati, kemudian mereka berdua berencana untuk menikah.

Dalam pesta pernikahannya, Menippus pernah diingatkan oleh Apolonius, wanita kaya yang pernah menjadi majikannya, bahwa istrinya yang cantik itu adalah vampir yang senang melahap daging dan darah korbannya. Alih-alih mendengar nasihat Apolunios, seseorang yang pernah berjasa dalam hidupnya, Menippus malah tersinggung dan mengusir Apolonius.

Namun, secara tak sengaja Apolunius mengeluarkan perkataan yang merusak mantra Empusa. Sehingga kesaktian sihirnya musnah, semua emas, perak dan pelayan yang ada di pesta menghilang. Empusa pun akhirnya memohon kepada Apolonius agar tidak memaksanya untuk mengakui jati dirinya yang sebenarnya karena ia mencintai Menippus. Apolinius tidak percaya, ia yakin Empusa berpura-pura menangis, hingga akhirnya Empusa mengakui bahwa ia hanya ingin memakan tubuh manusia muda seperti Menippus.

Empusa mungkin memang tak pernah ada, tetapi sesungguhnya watak dan karakter Empusa hadir dalam beragam bentuk, bisa menyamar seperti pahlawan yang siap berperang hidup dan mati untuk sang majikan, menawarkan banyak gagasan, dan tak segan-segan mengatasnamakan rakyat, moral dan kebajikan. Empusa seperti ini sesungguhnya bukan hanya ada di masa lampau yang hidup di daerah Yunani, pantai Afrika Utara, Libya atau di sekitar wilayah mideterania. Empusa atau dalam bahasa latin dikenal dengan sebutan Lamia, juga hadir di tempat kita saat ini.

Empusa Seribu Wajah

Logika Empusa mirip logika kapitalisme, api terlihat air dan air terlihat api. Menippus bisa membenci Apolonius, bekas majikan yang pernah berjasa dalam hidupnya, hanya karena hendak membela Empusa karena cinta buta menipu.

Seperti Empusa yang mampu berubah dalam ragam bentuk untuk menghisap darah dan memakan tubuh korbannya, maka kapitalisme dengan kodratnya sebagai ide keserakahan yang tak pernah habis sampai kiamat, ia akan menyamar sebagai sosok yang agamis, dermawan, dan sangat menawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun