Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Phyla Project, Band Lokal Metro Beraliran "Easy Listening"

22 November 2017   20:35 Diperbarui: 22 November 2017   20:59 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari "Ngamen" Hingga Menjadi Band Kebanggaan Anak Muda Metro

Ribuan mil perjalanan selalu dimulai dari satu langkah. Pandangan hidup itu jugalah yang diyakini oleh para personil Phyla Project, Tiara (Vokalis), Ferdy Andes (Drumer),  Miftahul Huda (Gitaris) dan Igo (Additional Basis). Sebagai band indie lokal di Kota Metro, Phyla Project memulai karir bermusik dari bawah, dengan sabar dan tekun mereka 'ngamen' dari cafe ke cafe, undangan-undangan acara perpisahan dan grand opening.

"Phyla sebagaimana band-band baru pada umumnya, kami juga harus mengamen dari cafe ke cafe," kenang Tiara, vokalis Phyla Project menceritakan kisah awal perjalanan band mereka.

Dinamika semangat yang pasang-surut dan berselisih pendapat sebagai konsekuensi dari keragaman sebagaimana perjalanan band pada umumnya, juga menjadi bagian cerita yang mengiringi perjalanan Phyla Project.

Bermula dari grup musik Ceremony itulah beberapa personil Phyla Project ditempa dengan berbagai tantangan soliditas, bertahan hingga akhirnya bersepakat membentuk band baru dengan nama Phyla Project pada tanggal 6 bulan Juni 2016. Cerita-cerita tentang semangat yang pasang-surut, dedikasi dan komitmen yang akan selalu lekat dalam ingatan masing-masing personil band ini.

"Awalnya dari grup musik Ceremony, terdiri 4 personil hingga 5 personil.  Kemudian satu-satu hilang dan tersisa 3 orang yang bertahan. Kemudian, 3 orang ini mencari gitaris, dan akhirnya Ceremony menjadi 4 orang personil lagi. Namun, terjadi pro-kontra persoalan penggunaaan nama Ceremony, dan akhirnya kita sepakati ganti nama menjadi Phyla Project. Kendala berikutnya, satu personil Phyla tak bisa lanjut, hingga tersisa 3 orang, yang hingga kini bertahan. Dan, sejak itu kita juga meneguhkan komitmen untuk terus berjalan, berkarya dan terus berkarya apapun hasilnya." tutur Tiara.

Menurut Tiara, memilih nama Phyla sebagai nama band mereka juga diawali dengan latar perjalanan dan dinamika yang cukup panjang, selain alasan filosofi nama Phyla yang terinspirasi dari nama latin semut (oecophylla) sebagai alasan mendasar, pola hidup dan filosofi semut yang senang bergotong-royong, silaturahim menjadi pola yang ingin diterapkan Phyla dalam bermusik.

"Kita berharap belajar dari filosofi semut yang selalu bekerjasama, bergotong royong, Phyla berharap bisa bekerjasama dan gotong royong untuk menghasilkan karya yang lebih baik, membangun karya yang bisa mendongkrak nama Kota Metro, layak untuk pentas dan tampil, sehingga bukan hanya band-band dari luar saja yang bisa tampil di Kota Metro, tetapi band-band dari Kota Metro juga bisa tampil di luar." Jelas Tiara

"Semut itu adalah binatang yang setiap kali bertemu berjabat tangan. Phyla juga ingin saat bertemu dengan teman-teman lain selalu bisa berjabat tangan, menjaga silaturahim, menjaga sikap dan attitude. Karena setinggi apapun ilmu, tapi tak bisa menjaga sikap dan  attitude, yah percuma juga," sambung Huda.

Ketekukan dalam berkarir, sikap rendah hati, menjaga sikap dan attitude saat bergaul, membuat Phyla Project kini menjadi salah satu band kebanggaan anak-anak muda Kota Metro, bahkan mereka juga telah beberapa kali diundang pentas ke luar daerah.

"Awal mula ngamen di Bejos, dan alhamdulillahsedari awal Bejos juga bersedia menjadi basecamp, rumah kita di situ, berkarya di situ, dan al hamdulillah dari situ orang menjadi tahu kita, kemudian tertarik untuk mengundang kita. Dari situ juga kita akhirnya mendapatkan tawaran tour dengan mobil-mobil stage, diundang acara-acara perpisahan, acara-acara grand opening, hingga dikenal dan pentas di Soundsations Road to Soundrenaline 2017," ujar Huda.

Bukan hanya itu, pencapaian Phyla Project itu juga diikuti dengan karya-karya mereka, berupa lagu-lagu ciptaan sendiri seperti Pain, Bekas Tapak, Mencumbu Rayu Hujan, Hujan Malas dan beberapa karya lainnya, bahkan mereka telah membuat dua video klip untuk lagu Pain dan Mencumbu Rayu Hujan.

"Kita tak mungkin terus menerus menyanyikan lagu orang lain, kita harus berkarya dan menciptakan lagu sendiri," Tiara menegaskan alasan motivasi mereka untuk terus berkarya.

Musik Easy Listening

Soal genre musik, Phyla Project sendiri mengklaim tidak mau terkotak dalam satu aliran musik. Mereka lebih memilih menamakan genre musik mereka sebagai easy listening, dengan harapan dapat meninggalkan kesan nyaman bagi semua pendengar. Meski begitu beberapa penggemar atau fans mereka, menyebut bahwa genre musik Phyla Project adalah genre folk.

Musik Folk adalah genre musik yang belakangan banyak diminati. Folk dalam kamus Oxford diterjemahkan sebagai orang-orang umum atau rakyat, sehingga musik folk sering diartikan sebagai musik rakyat yang penuh dengan kesederhanaan dan keseharian dalam lagunya. 

Sejatinya dalam meramu musik itu sendiri terdapat banyak unsur-unsur tradisi dan kebudayaan memberikan warna pada part-part musiknya, namun sebagian musisi hanya memberikan penekanan pada nilai kesederhanaan saja. Sisi-sisi tradisional dan kontemporer dalam folk musik dikemas dengan porsi yang beragam, sesuai kebutuhan, sehingga membentuk karakter musik yang diinginkan muisisinya.

Di Indonesia, musik folk mulai didokumentasikan sejak zaman Gordon Tobing di era 1960-an. Belakangan musik folk ini memunculkan genre fusion baru, beberapa diantaranya adalah folk metal, folk pop, folk rock, electric folk, bahkan ada juga yang mengategorikan dangdut sebagai folk.

Phyla Project sendiri dalam perjalanannya pernah mencoba hampir semua aliran musik, mulai Rock, Pop, Jazz, Blues, Semi Jazz, Semi Blues.

"Sebelum akhirnya menemukan dan memutuskan untuk memilih genre musik easy listening, Phyla udah pernah mencoba berbagai genre musik, karena kita merasa nyaman dan sepertinya cocok menjadi style Phyla Project. Selain itu Phyla juga tak ingin berpatokan pada satu genre, karena kita berprinsip apapun uneg-uneg yang ingin kita keluarkan, keluarkan saja, kalau suata saat Phyla ini menjadi genre dangdut atau regae, ya gakpapa dan tidak menutup kemungkinan. Intinya, kita ingin tulus dalam bermusik, orang mendengar musik kita mudah dan merasa nyaman," jelas Tiara dan Huda.

Phyla juga menegaskan bahwa mereka bermusik, termasuk memilih easy listening sebagai pilihan selalu menjadikan hati sebagai referensinya, sehingga apapun yang dari hati, tulus dari hati dan ingin disampaikan maka itulah yang mereka keluarkan, sehingga berharap masyarakat pendengarnya nyaman dan bisa menikmati karya mereka, easy listening.

Tips Mengatasi Konflik.

Ditanya soal konflik, sebagaimana umumnya grup musik atau band, Phyla Project mengakui bahwa terkadang perjalanan mereka juga dibumbui oleh perbedaan pendapat, untuk mengatasi itu mereka bersepakat bahwa semua bisa selesai dengan komunikasi yang baik, sabar dan mengesampingkan ego.

"Ada banyak kepala, kita pasti susah menyatukan isi pikiran masing-masing tanpa komunikasi, harus sabar dan kesampingkan ego, karena musuh utama kita adalah ego kita sendiri. Ingat perjalanan Phyla sudah sampai dimana, bagaimana prosesnya," terang Ferdy yang diaminkan Huda dan Tiara.

"Phyla Project itu satu, bukan tiga orang, bukan Ferdi, bukan Huda, bukan Tiara. Di Phyla semua mereka itu satu. Di Phyla itu hanya ada Phyla, mereka lebur jadi satu Phyla. Jadi, pikirkan nasib Phyla, bukan nasib pribadi. Pesan saya sih, tetap semangat, ciptakan lagu. ajakin saya terus untuk ngamen," jelas Igo.

Begitulah, obrolan itu mengalir dengan penuh keakraban bersama 4 personil Phyla Project sesaat setelah mereka performance di Mama Cafe & Resto, Beberapa waktu lalu, sebelum mereka berangkat ke Palembang, Sumatera Selatan untuk menghadiri undangan acara MAXCITED PALEMBANG 2017, sebagai grup band lokal yang dipercaya sepanggung dengan band-band Nasional seperti Nidji, Jamrud, dll.

Di akhir obrolan, mereka menyampaikan pesan untuk pemerintah, grup band, grup musik atau para musisi di Kota Metro untuk terus guyub dan bareng-bareng berkarya, saling support dan menghormati.

"Musisi di Kota Metro ini luar biasa, mereka harus bangga dengan karya mereka. Pemerintah hanya perlu menyediakan ruang dan stageuntuk para musisi, agar mereka bisa mengekspresikan bakat mereka." Tiara mengakhiri.

Terimakasih Phyla Project telah berkenan menemani ngobrol, semoga Mini Konserdan Launching albumnya di akhir tahun nanti berjalan sukses, sekaligus bisa pentas di panggung Soundrenaline, konser musik terbesar Se-Asia Tenggara tahun 2018 nanti, sebagaimana harapan kalian.

Bagi yang penasaran dengan lagu-lagu ciptan mereka, silahkan saja dikunjungi chanel resmi PhylaProject

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun