Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anarkisme Warga, Penting dan Harus!

22 November 2017   12:39 Diperbarui: 23 November 2017   14:59 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Jim Mac Laughlin, Kropotkin telah tuntas membaca karya-karya Voltaire, Kant, Hegel, Montesquieu, de Lamartine, sejarah klasik Yunani dan Romawi. Dari karya-karya itulah, serta perjalanannya melanglang Rusia, Kropotkin tentu jauh lebih matang ketimbang para dedengkot komunisme lainnya. 

Untuk itu, ia menilai Peter Kropotkin sebagai tokoh unik, selain karena aktivitasnya yang bersentuhan erat dengan kaum komunis, faktanya juga ia menunjukkan kritik keras atas kecenderungan kaum komunis mengusung pemimpin, intinya ia menghendaki suasana komunis harus bebas dari pemimpin apalagi negara.

Kropotkin menurut Jim hendak menegaskan, bahwa selama ini masyarakat tanpa pemimpin tetap bisa menjalankan kerja-kerja kesehariannya. Persis seperti yang sering saya dengar dari karib saya, siapapun pemimpinnya, hidup kita toh begini-begini saja. Pernyataan yang menurutku, belakangan ini semakin akrab dengan kehidupan warga kota, khususnya Metro.

Hidup kita toh begini-begini saja, kita tetap harus ke sawah, ke pasar, narik becak, nguli dan segala macam kalimat padanannya. Isinya adalah ketidakpercayaan, distrust sekaligus sindiran atas pemimpin yang tak pernah hadir dalam kehidupan warganya. Sindiran terhadap pemimpin yang terus memperkaya diri, keluarga dan kelompoknya yang diibaratkan sebagai perampok besar. Sindiran kaum anarkis kepada para pemimpin konyol yang terus berlangsung.

Begitulah anarkisme itu berlangsung, dan mudah-mudahan semakin membesar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun