Intusionis mengklaim bahwa matematika berasal dan berkembang di dalam pikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika tidak terletak pada simbol-simbol di atas kertas, tetapi terletak dalam akal pikiran manusia. Hukum-hukum matematika tidak ditemukan melalui pengamatan terhadap alam, tetapi Matematika ditemukan dalam pikiran manusia.
Keberatan terhadap aliran ini adalah bahwa pandangan kaum intuisionis tidak memberikan gambaran yang jelas bagaimana matematika sebagai pengetahuan intuitif bekerja dalam pikiran. Konsep-konsep mental seperti cinta dan benci berbeda-beda antara manusia yang satu dengan yang lain. Apakah realistis bila menganggap bahwa manusia dapat berbagi pandangan intuitif tentang matematika secara persis sama.
Apa yang diketahui secara intuitif bagi seseorang belum tentu sama bagi orang lain. Artinya cara seseorang mendapatkan pengetahuan yang pasti itu, tidak atau belum tentu berlaku bagi orang lain.
Pengetahuan intuisi ini kebenarannya sulit diukur. Karena berasal dari lapisan hati nurani seseorang yang terdalam. Benar tidaknya sangat tergantung kepada keyakinan orang tersebut. Oleh karenanya sulit diterangkan kepada orang lain. Orang lain maksimum hanya bisa meniru perilakunya yang dianggap sesuai dengan hati nuraninya sendiri.
Pengetahuan ini tergolong pengetahuan langsung. Tetapi tidak setiap orang mempunyai pengalaman yang sama.
- Penutup
Intuisionisme adalah gerak hati, bisikan hati, atau kemampuan memahami sesuatu tanpa harus difikirkan, yang secara terminologi diartikan secara sebagai aliran atau paham dalam filsafat dalam memperoleh pengetahuan dengan mengutamakan intuisi atau gerak hati atau bisikan hati. Secara Epistemology, pengetahuan intuitif berasal dari intuisi yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung, tidak mengenai objek lahir melainkan mengenai kebenaran dan hakikat suatu objek.
Tokoh aliran intuisionisme Henry Bergson (1859-1941) mengatakan bahwa intuisi merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagi pengetahuan adalah kemungkinan adanya suatu bentuk penghayatan langsung (intuitif),di samping pengalaman oleh indera. Setidaknya, dalam beberapa hal. intuisionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi, kendati diakui bahwa pengetahuan yang sempurna adalah yang diperoleh melalui intuisi.
Daftar Pustaka :
- Ahmad Tafsir. Filsafat Umum; Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja Rosda karya, 2001
- Aqa, Rasionalisme dan Intuisionisme, Makalah, 23 Oktober 2009
- Douglas V. Steere, “Mysticism” a Handbook of Christian Theology, New York: World, 1958
- Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2007
- Harold H. Titus, dkk, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang,1984
- Jujun S.Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1990
- Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat : Intuisionisme, Yogyakarta: Tiara wacana yogya, 2004
- Muhammad ‘Abid al-Jabiri, Bunyat al-‘Aql al-‘Arabi, Beirut: Markaz al-Thaqafi al-‘Arabi, 1993
- Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2006
- William James, The Varieties of Religious Experience, New York: The Modern Liberty, 1932
Catatan Akhir :
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Intuisionisme diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 Pukul 19.33