Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Pemilik www.omah1001.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Kata dan Ingatan saya sebagian ditulis di www.omah1001.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Oposisi dan Teror Politik

1 Desember 2014   09:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:22 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun jawabannya, tentu bukanlah kesimpulan akhir untuk menilai KMP, karena perjalanan koalisi ini masih panjang, harus terus menerus diuji dan dibuktikan apakah lebih berpihak kepada rakyat atau lebih berpihak kepada elit politik parpol yang bergabung di KMP.

Namun, jika ada yang terlanjur menilai bahwa praktik politik KMP lebih cenderung kelihatan sebagai teror politik, justeru penilaian itu bersumber dari paparan jawaban KMP sendiri atas pertanyaan orientasi yang mereka sedang bangun. Karena sekali lagi teror sebagai sebuah kata hanya punya satu makna: mengekalkan ketakutan.

Ketika rakyat memberikan kesimpulan dan stigma negatif atas tindakan politik KMP, maka secara tidak langsung KMP-lah yang menarasikan tindakan-tindakan tersebut sehingga mudah dibaca dan ditebak oleh publik, tak mungkin ada asap tanpa ada sumber api. Pilihannya ke depan, KMP mau mengubah narasi dan tindakan politiknya atau tetap mempertahankan wajah politik yang tak ramah publik.

Jika KMP tetap bersikukuh pada keyakinan tindakan politik yang terlanjur tidak pro rakyat dan tetap menjadi teror politik hari ini, maka bersiaplah untuk dikerdilkan oleh prilaku politiknya sendiri. Dan teror memang dapat membungkam masyarakat. Namun, teror sebenarnya tak pernah dapat melegitimasi kekuasaan. Dalam sejarah, tidak ada rezim totaliter yang bertahan hidup.

*Tulisan ini pernah dimuat di satuharapan.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun