Selasa pagi, seperti biasa sehabis subuh aku berangkat menemani istriku untuk mengajar di salah satu daerah pedalaman Lampung. Rutinitas itu telah kujalani hampir dua bulan terakhir ini, hitung-hitung mencari inspirasi dan refresing dari kepenatan Kota, sekaligus ikut merasakan bagaimana perjuangan istri selama lima tahun mengabdi di daerah terpencil, tanpa listrik dan sinyal hape.
Di tengah perjalanan, iseng aku bercerita tentang mimpiku semalam. Sebenarnya aku sangat jarang bermimpi, karena jarang tidur malam, dan entah kenapa dalam tidur yang singkat itu, aku bermimpi digigit ular. Ular, adalah binatang yang aku takuti dari seluruh binatang yang pernah aku tahu dan lihat di muka bumi ini, banyak kawan-kawan yang ku larang memosting foto ular di wall atau di profile akun media sosial miliknya, jika tetap ngeyel pasti aku blokir.
Trauma terhadap ular inilah sebenarnya yang menjadikan alasan kenapa aku teringat mimpi semalam dan akhirnya terdorong untuk bercerita kepada istriku. Di luar dugaan. istriku meresponnya dengan sangat serius.
"Serius mimpi digigit ular?" Istriku seolah tidak percaya dan berupaya kembali menegaskan tentang mimpiku.
"Serius! Bahkan dua kali gigitan di lengan kananku?" Jawabku heran, melihat raut wajahku yang seolah kaget.
"Bahaya! Itu artinya kamu akan menikah lagi!" Jawab istriku.
Tentu saja, jawaban itu menurutku tidak logis, bukankah ular adalah binatang yang paling aku takuti dan mimpi adalah bunga tidur, yang terkadang berkebalikan dari fakta. Mana mungkin aku mimpi digigit ular artinya aku akan menikah lagi. Bukankah itu menyenangkan bukan menakutkan? (aku berpikir ngawur).
Jawaban istriku tidak membuatku puas, akhirnya aku berusaha mencari informasi, dengan bertanya kepada beberapa orang dan jawabannya sama, aku akan menikah lagi! (wow!!!)
Sepanjang perjalanan yang ditempuh selama 4 jam lebih itu, tentu saja menjadi sangat tidak nyaman. Aku beberapa kali dicuekin dan tidak digubris, mungkin wajar, istriku menjadi sangat khawatir jika aku menikah lagi, dan aku yang tidak berpikir tentang kebenaran mimpi itu, biasa-biasa saja, aku hanya takut dengan bayang-bayang ular yang menggigitku itu.
Segera, sepulang dari daerah pedalaman tersebut (kami sempat menginap dua hari), aku segera membaca beberapa buku dan artikel tentang mimpi. Termasuk buku "Tafsir Mimpi Menurut Islam” karya Imam Ibnu Sirin yang terkenal itu. Dari buku ini aku tahu bahwa pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber dari beragam amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari berbagai urusan. Ada kalanya mimpi seperti angin lalu, tetapi ada juga mimpi yang bisa saja menjadi kenyataan. Mimpi yang dialami seorang yang bertakwa bisa merupakan sesuatu yang bisa saja terjadi.
Membaca buku ini, bukannya berhasil menjadikan aku menemukan jawaban, tetapi malah menjadi tambah ragu, yang justeru awalnya tidak yakin dengan segala macam mimpi, karena penjelasan buku ini, bahwa ada kalanya mimpi menjadi angin lalu dan ada kalanya menjadi nyata, menjadikanku setengah percaya dan setengah tidak dengan mimpi, apalagi aku sendiri tidak memahami karakteristik orang yang bertaqwa yang dimaksud dalam buku ini, apakah aku ada di level bertaqwa atau tidak?
Rasa penasaran dan ingin tahu yang besar itu, akhirnya memaksaku untuk mencari lebih banyak lagi informasi artikel tentang mimpi, hingga akhirnya aku tahu bahwa pengetahuan tentang mimpi ini telah memiliki cabang ilmu sendiri yang sering disebut Oneirologi. Oneirologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang meneliti tentang mimpi. Oneirologi berasal dari bahasa Yunani, oneiros yang berarti "mimpi"
Cabang ilmu pengetahuan ini juga mencoba mencari korelasi antara mimpi dengan fungsi otak, serta pemahaman tentang bagaimana cara kerja otak selama seseorang sedang bermimpi dan kaitannya dengan pembentukan memori dan gangguan mental. Studi tentang oneirology berbeda dengan studi tentang analisis mimpi, tujuan dari studi oneirologi adalah untuk mempelajari proses terjadinya sebuah mimpi dan cara kerja sebuah mimpi bukannya menganalisis makna sebuah mimpi.
Artikel yang menjelaskan bahwa mimpi adalah sebuah proses yang bisa dipelajari dan menjadi cabang ilmu pengetahuan, maka aku sangat yakin bahwa akhirnya memang setiap mimpi memiliki makna yang bisa ditelusuri dari proses terjadi dan cara kerjanya. Iseng-iseng setelah membaca tentang beberapa artikel ilmiah tentang mimpi ini, aku membuka kitab Primbon Jawa, al hasil aku menemukan dua makna tentang mimpi digigit ular. Pertama, bagi mereka yang masih belum menikah berarti akan segera menikah atau segera menemukan jodoh, dan kedua, bagi mereka yang telah menikah berarti akan memperoleh kemakmuran hidup.
Alamak, istriku pasti hanya mendapat cerita tentang mimpi digigit ular ini sepotong, yang sering ditujukan pada bujang/gadis yang belum menikah, dan pasti sepanjang perjalanan dia telah merapal doa agar apapun makna mimpiku tidak boleh terwujud, artinya jika itu benar, maka ia mendoakan agar aku tidak memperoleh kemakmuran.
Malam ini akhirnya, aku tidak bisa tidur, menunggu pagi dan akan segera memberitahu istriku bahwa tafsirnya tentang mimpiku itu salah, yang benar aku akan memperoleh kemakmuran bukan memperoleh istri baru.
Namun, tiba-tiba aku berpikir masa Tuhan segampang itu mengabulkan doa istriku, wong selama ini dia berdoa terus menerus dan berupaya hingga jungkir-balik, agar bisa pindah kerja ketempat yang lebih dekat karena ingin mengurus kedua anaknya yang masih kecil saja belum dikabulkan. Tidak mungkinlah Tuhan, mengabulkan doa yang akan menghalang-halangiku untuk mendapatkan kemakmuran.
Akhirnya mimpi kembali harus dimaknai sebagai pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur. Mimpi menjadi nyata atau tidak, sangat bergantung dengan sugesti kerja setelah bangun, jika mimpi negatif menjadikan kita selalu berhalusinasi dan terhantui dengan hal-hal negatif seperti dalam mimpi itu, maka tidak mustahil hal-hal negatif itu akan menimpa kita dalam kehidupan nyata, pun sebaliknya jika makna mimpi itu adalah hal yang positif, dan ia bisa menjadi inspirasi dan motivasi, maka ia akan menjadi nyata dengan kerja-kerja.
Maka bermimpilah, tapi jangan perpanjang mimpi itu dengan berimajinasi dan berkhayal, tanpa kerja!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H