Â
Hal yang ramai diperdagangkan di tempat kami lebih banyak berupa makanan. Hampir semua jenis makanan ada yang menjual, dari lauk pauk, sayur mayur, dari yang mentah sampai yang siap makan. Dan hampir bisa dikatakan sebagian besar warga di perumahan kami menawarkan masakannya sebagai dagangan. Hahah!
Para pedagang ini tidak hanya berlatarbelakang ekonomi lemah, banyak pula yang kami pandang sebagai orang kaya. Kasak-kusuk sesama warga bergibah tentang pedagang "horang kaya" ini tidak bisa disembunyikan. Tapi gak tentang itu saja, sih, dasarnya orang yang suka ngomongin orang lain. Hihihi...
Entahlah, saya Cuma bisa geleng-geleng kepala melihat isi WAG istri saya. Saya dan istri tidak mempermasalahkan fenomena dagang online melalui WAG karena hampir bisa dipastikan kami tidak pernah membaca keseluruhan pesan dari grup dagang online itu. Pesan yang jumlahnya sampai ribuan itu langsung kami hapus setiap saat kami buka WA. Beres! Karena apa?
Â
Yah! Kami juga pedagang. Hanya saja tidak seperti orang lain yang meresahkan. Kami selalu mencantumkan kalimat "Silahkan japri jika berminat ". Kami gak mau pusing dengan persaingan, tidak mau memusingkan orang lain. Apalagi dengan alasan pedagang yang songong kirim-kirim, beriklan, menawarkan produk seenaknya saja tanpa mau tahu konteks sebuah grup lalu berkata:" Namanya juga usaha, rejeki sudah ada yang mengatur kita gak tahu darimana datangnya". Aku jelas kontan bergumam, "Gundulmu!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H