Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Fructophobia di Sekitar Kita

2 Januari 2023   18:57 Diperbarui: 2 Januari 2023   19:22 2420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari istriku pulang dari warung tampak terburu-buru masuk rumah, dan langsung melampiaskan tawa di hadapanku. Rupanya ia sedang tidak mampu mengendalikan rasa gelinya pada sesuatu yang barusan ia alami. Ia menceritakan bahwa di warung langganan ada pekerja baru yang melayaninya beli rujak buah. 

Warung yang dimaksud adalah warung makan yang menyediakan rupa-rupa makanan sayuran dan kue-kue, walaupun yang tertera di banner tertulis warung gado-gado dan karedok. Istri saya terkejut, begitu pula si pemilik warung ketika melihat reaksi perempuan paruh baya yang baru mulai bekerja hari itu.

Pekerja itu seketika bereaksi saat mendengar istri saya minta dibuatkan rujak buah. Ia melengos dan sedikit surut ke belakang. Istri saya heran dan melihat ke arah si pemilik warung yang sudah lama saling kenal.  "kamu kenapa?" Tanya istri dan pemilik warungnya hampir bersamaan.

 

"Saya takut buah-buahan"

Kontan istri dan pemilik warung beradu tatap dan tertawa lalu menatap ibu itu penuh tanda tanya. Sementara wanita paruh baya itu menunjukkan raut wajah pucat, ia sungguhan dengan ketakutannya. "ah, Yang bener!" kembali suara ketidakpercayaan berbarengan terucap.

Fructophobia adalah fobia seseorang terhadap buah-buahan. Pekerja wanita itu mengalaminya, tapi ia tidak Lachanophobia ( fobia sayuran ) atau Carnophobia merupakan ketakutan yang berlebih terhadap daging. Tidak hanya istri dan pemilik warungnya, saya pun terut tertawa mengetahui hal tersebut. Akhirnya saya minta istri untuk menceritakan lebih banyak.

"Bagaimana bisa kamu takut sama buah-buahan?". Pertanyaan yang sama bagi banyak orang, padahal kondisi takut ini dapat dirasakan oleh penderitanya melalui bau, penglihatan, atau rasa dari phobia makanan alamiah tersebut. Dan yang terjadi saat itu, dengan mendengar kata "buah" saja sudah menjadi pemicu timbulnya ketakutan.

Pekerja baru itu tidak tahu sejak kapan ia mengalami takut pada buah-buahan, ia hanya mengatakan bahwa seingatnya ia tidak pernah makan buah-buahan. Ia juga tidak bisa mengungkapkan ketakutannya, yang dikatakan "yaa, takut aja!".

Pemilik warung yang sudah terkenal laris di lingkungan kami tinggal memang memerlukan orang untuk dipekerjakan melayani pembeli yang semakin meningkat. Ia mengumumkannya via media sosial Facebook dan status WhatsApp. Dan pekerja wanita itu datang, tahu dari Facebook.

Tentu saja itu suatu kelemahan dalam pelayanan, tapi pemilik warung yang juga terkenal ramah tetap mempekerjakannya. "Walah, dapet tenaga tambahan  koyo ngene rupane!" Selorohnya diiringi tawa dalam dialek Jawa timuran. Mau tak mau ia yang turun tangan membuat rujak buah untuk istriku.

Aku pun turut tertawa mendengar cerita istriku. Sekalipun menggelitik, ternyata fructophobia sudah lama jadi istilah dalam psikologi. Tidak banyak yang bisa digali dari ketakutan seperti ini, tapi seperti pada umumnya istilah "ketakutan" atau penyakit psikologi lainnya yang kesembuhan bisa didapatkan melalui terapi dan memberikan pengertian kepada penderitanya seputar apa yang ia takutkan adalah salah.

Ketakutan yang tidak perlu dan tidak pada tempatnya bisa merugikan diri sendiri. Fructophobia jelas membuat tubuh kekurangan nutrisi dan zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh yang berasal dari buah-buahan. Meskipun tidak tampak pada ibu pekerja warung itu tanda kekurangan akibat ia tidak mengkonsumsi buah, tapi ketakutan itu sendiri membuatnya tersiksa.

Kehadiran pekerja baru wanita paruh baya tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk warung makan itu. Rasa penasaran dari pembeli maupun warga setempat menambah ramai yang sekaligus menambah omsetnya. Walaupun ada saja yang iseng, seperti yang dilakukan oleh pemilik warung. Ia melemparkan buah mangga ke pangkuan wanita itu ketika sedang merajang sayuran.

Sekalipun tampak ketakutan yang nyata, dan mengundang tawa orang yang melihatnya, tapi pekerja wanita itu tetap kembali melakukan kegiatan rutinnya seolah tidak terjadi hal apa-apa. 

"Biar kamu gak takut lagi," kata sang bos yang kerap menggoda.  

"Ah! Sudah biasa," jawab wanita itu yang diiringi jeritan karena tiba-tiba kulit buah mangga mendarat di tangannya.

"Aaah ... tolong!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun