Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tontonan Tuntutan Tuntunan Hidup

1 Desember 2022   06:15 Diperbarui: 1 Desember 2022   06:17 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar manusia hidup berpuluh tahun dalam arus khayalannya, keyakinan-keyakinan yang kurang mendasar. Sesuatu yang semu, di luar kenyataan. Menghidupkan apa-apa yang ada di kepalanya, di hatinya.

Mengaitkan penderitaan dengan apa yang dilihatnya di layar kaca, yang didengarnya dari idolanya, panutannya. Berusaha menyingkirkan kejelekan, ketidakpatutan, pahit-getir dihadapannya dengan  berpaling kepada kemapanan, tokoh hero, quotes, dan tawa canda para pesohor.

Air mata berlinang namun hati teriak, " Sabarlah, tahan! Kelak karma bicara". Memorinya mengeluarkan gambaran orang yang teraniaya akan dapat rejeki nomplok menjelang akhir jam tayang. Senyum kuda dengan gerak kerongkongan menelan ludah, sesegera mungkin bergumam, "Tuhan tidak pernah tidur", pikiran melayang ke film-film balas dendam, satu lakon memberantas koloni mafia.

Tak berani beradu tatap dengan orang yang dianggap lebih derajatnya, lalu berdalih akan lebih beruntung di hari kemudian, menilai bahwa dunia memang penjara baginya. Namun yang terjadi berandai-andai hadirnya sang punisher, sang ratu adil.

Woyy! Tidakkah ada alternatif lainnya?

Yang sering dipertontonkan, diproduksi sebagai tontonan untuk tuntunan memang menuruti apa yang banyak dipegang oleh kebanyakan orang, pandangannya terhadap harapan, cita-cita, keyakinan-keyakinan, mimpi! Itu tuntutan pasar, top survey.

Kita akan puas melihat pelaku kejahatan mendapatkan ganjaran, bahagia saat yang miskin teraniaya bernasib mujur, akan mudah terharu ketika kemapanan merata, tak ada lagi derita. 

Alternatif itu ialah lari dari semua kenyataan dan menyingkirkan semua memori, menata hati dengan memilah mana yang tepat saat situasi tertentu. 

Bukan terjebak pada doktrin yang selalu teriringi iklan, bukan pada taklid buta, bukan. Kita bukan followers, kita berasal dari penciptaan dengan potensi yang sama. Berharap silahkan, jangan berkhayal!

Jagoan nggak, kaya kagak, kafir, iya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun