Â
Meskipun tidak ada diantara guru kami yang membuka resep awet muda secara khusus, tapi biasa, dari kata-katanya yang masih saja kental dengan nasehat mereka sepertinya lebih menekankan hidup sederhana, fokus pada bidang yang digeluti, dan tidak tergoda kemewahan.
Â
Walaupun diketahui bahwa guru kami kerap mengunggah kegiatan, kepemilikan layaknya kami di media sosial, tapi tetap saja persepsi kami mereka adalah orang yang berwibawa, ada perbedaan mereka di antara orang lainnya. Gak peduli kurus atau gemuk, tirus atau tembem, wajahnya tetap tampak awet muda.
Â
Yang kami ingat, ibu guru-ibu guru kami memang tidak bermake-up tebal. Bahkan tidak ada yang sampai memotong habis alisnya lalu berganti dipoles dengan pinsil alis. Ada, memang yang kami ingat berbibir menor, tapi itu memang bawaan dan hanya sedikit polesan lipstik.
Â
Bapak-bapak guru kami masih tampak klimis rambutnya, walaupun tampak beruban tapi gaya rambut ala Harmoko tetap jadi ciri khas. Intinya kami melihat tidak ada perubahan besar terhadap fisik mereka. Seolah kami yang dahulu adalah murid mereka terus menuju tua, dan mereka pada  rupa yang paripurna, cantik dan ganteng alami.
Ada temanku yang juga jadi guru, seperti adik kandungku, dia sekarang satu ruangan di ruang guru bersama dengan guru-guru kami. Mereka tidak jauh berbeda, " Mana guru mana murid? Kayak teman satu angkatan saja." Malah kayaknya teman kami yang tampak cepat menua mengejar koleganya.
Â
Berbeda dengan kami, ada yang tampak cepat menua, ada yang awet muda, ada yang mirip boneka. Dan bedanya, sorot mata kami jarang memberikan kesan bersahaja. Walaupun ada teman yang berbicara tentang kesederhanaan tapi pakaian dan cerita di luaran berbeda lagi yang didengar.