Hujan kerap diharapkan, walau kadang datang berlebihan tetap saja membawa manfaat.
Telah banyak orang mengungkapkan tentang hujan yang mewakili perasaannya, seperti;Â
Mungkin bukan hujan yang diinginkanÂ
 namun kenangan di tiap tetesnya yang diharap
Ada pula ungkapan yang lebih panjang, seperti puisi berikut ini.
Di saat hujan cerita kami dimulai
Seperti simfoni
Tetesan bergemericik deras
Merintis riang di ambang teras
Air berceloteh, berdeguk menuju selokan
Menyembur, berkecipak dalam genangan
Mirip kerumun tepuk tangan penuh semangat
Irama beraroma memikat
Besar di dunia lapang, sehat bersama cipratan
Jatuh dan bangun dengan tertawaÂ
Sampai hujan mereda
Berpulang ke hangat dekapan
Bertahun lamanya
Cuaca memburuk, kabut semakin menebal
Ada apa gerangan?Â
Mungkin tak apa jika tidak tahu atas semua, semua pertanyaan
Kita banyak yang terdidik
Bisa bermanfaat di suasana gelap
Namun, tak sedikit yang takut toga-nya kotor
Terpeleset, menimpa teman dan terjerembab bersama, lalu saling menyalahkan
Mmmhh ... Bukankah dulu kita yang mengajar mereka?Â
Dan kini anak-anak itu tidak membutuhkan lagi. Tak ada yang membutuhkan kita lagi.Â
Kita hanya jalan-jalan dan diperintah
Malang... tak dihargai
Adakah yang bisa kita kerjakan?
Hujan tiada berubah
Kini denting iramanya begitu memilukan
Gemeretak di atap lalu jatuh keras membentur beton-beton
Kita hanya memandang di balik jendela
Cipratannya meninggi, beraroma kematian
Mungkinkah hujan ceria tinggal dongeng?
Kerinduan tetaplah bisa diceritakan
Tentang rintik mengalir, beriring, serempak
Bersama derai air mata
Bekasi 2022
Sementara ini yang bisa saya berikan, sampai ketemu lagi di puisi saya berikutnya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H