Mohon tunggu...
RAHMAT SAFEI
RAHMAT SAFEI Mohon Tunggu... Dosen - Pribadi

Laki-Laki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dimensi Sosial-Ekonomi terhadap Kondisi Petani Kayu

9 April 2021   16:20 Diperbarui: 14 April 2021   11:14 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kinerja ekonomi petani saat ini dapat dilihat pada angka pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Persoalan yang sedang dihadapi ekonomi petani sekarang masih dirasakan cukup kompleks karena menyangkut berbagai dimensi ekonomi dan sosial baik sistem maupun kelembagaannya. PDRB adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa dalam periode tertentu. PDRB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi suatu daerah, sehingga sebuah daerah, dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di daerah tersebut.

Petani hutan yang memproduksi kayu sebagai output utama harus memiliki kemampuan mengatur efisiensi ekonomi dan sosialnya. Kemampuan petani dalam mengelola dan mengalokasikan berbagai input yang digunakan dalam usahatani berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas serta memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani. Selain itu dimensi sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap efisiensi teknis usahatani.

Dimensi sosial-ekonomi merupakan dimensi yang sangat penting yang dihadapi pergerakan petani sekarang ini. Dimana, petani sekitar hutan yang memanfaatkan hasil kayu perlu memperhatikan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. Tidak sampai disitu, mereka juga perlu menekankan aspek kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), mempertahankan keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, kesehatan, pendidikan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas untuk mempertahankan kehidupan antar sesama masyarakat.

Banyak petani yang berpendapat bahwa dengan mengelola kayu yang berasal dari hutan rakyat akan memperoleh suatu keuntungan untuk perekonomian keluarga. Sebagian besar petani memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, dan keinginan untuk hidup lebih sejahtera atau hidup lebih baik. Akan tetapi, keinginan tersebut belum cukup untuk mewujudkan petani agar kebutuhan dari aspek sosial-ekonomi terpenuhi. Kemiskinan merupakan gambaran biografis dan fenomena aktual sepanjang perjalanan manusia. Masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkan hasil hutan terutama pada hasil kayunya pun tidak terlepas dari tingkat kemiskinan tersebut.

Salah satu gambaran kondisi sosial-ekonomi petani kayu yang ada di Provinsi Lampung, tepatnya di Desa Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu menunjukkan bahwa meskipun rata-rata kondisi sosial-ekonomi disana berada pada tingkat yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan, akan tetapi masih terdapat beberapa petani yang berada dalam ambang kemiskinan. Dari hal tersebut, menunjukkan bahwa tidak semua petani mampu memenuhi kebutuhannya dari hasil hutan, mereka perlu memiliki motivasi yang tinggi untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu secara optimal untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial-ekonomi rumah tangga mereka. Seperti yang tertera pada Kegiatan Enchancing Community Based Commercial Forestry (CBCF) in Indonesia (2016-2021) dan pada kegiatan Kerjasama Badan Litbang dan Inovasim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Australian Center for International Agricultural Reasearch tentang kondisi ekonomi dan sosial terhadap petani kayu.

Tingginya tingkat kemiskinan masyarakat petani kayu hutan serta motivasi yang rendah dapat memberikan dampak negatif bagi kelestarian hutan. Tingginya tingkat kemiskinan dan motivasi petani akan berdampak bagi pola pikir mereka untuk mencari jalan alternatif yang mudah salah satunya mengeksploitasi kayu tanpa tindakan silvikultur. Oleh sebab itu, hingga saat ini tantangan terberat dalam mengembangkan pengelolaan hutan berkelanjutan adalah masalah kemiskinan.

Dimensi sosial-ekonomi petani kayu memang merupakan masalah tersendiri bagi masyakat sekitar hutan yang berkaitan dengan masalah kemiskinan, karenanya perlu ada pendekatan dari pihak luar untuk meningkatkan motivasi petani sekaligus memberikan pemahaman cara mengelola hutan dengan tetap menjaga kelestarian hutan tersebut dan memanfaatkan sebagai peluang matapencaharian. Baik pemerintah maupun masyarkat perlu bekerjasama dalam pemanfaatan hasil hutan untuk mewujudkan pemanfaatan hutan secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun