Dampak Kuantitatif
Temuan tim peneliti ini sungguh menyadarkan. Mereka memperkirakan bahwa penurunan keanekaragaman hayati akibat perubahan iklim dan penggunaan lahan dapat menyebabkan hilangnya karbon global antara 7,44 dan 103,14 petagram (PgC) berdasarkan skenario keberlanjutan global, dan antara 10,87 dan 145,95 PgC berdasarkan skenario pembangunan berbahan bakar fosil.
Untuk melihat angka-angka ini dalam perspektif, satu petagram sama dengan satu miliar metrik ton. Kisaran atas proyeksi ini (145,95 PgC) setara dengan sekitar 16 tahun emisi bahan bakar fosil global pada tingkat saat ini. Kehilangan besar dalam kapasitas penyimpanan karbon ini menggarisbawahi peran penting yang dimainkan oleh keanekaragaman hayati dalam siklus karbon planet kita.
Lingkaran Umpan Balik yang Memperkuat Diri Sendiri
Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan dari temuan studi ini adalah identifikasi adanya lingkaran umpan balik yang saling memperkuat antara hilangnya keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Siklus ini bekerja sebagai berikut:
- Perubahan iklim menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati melalui berbagai mekanisme seperti perubahan habitat, perubahan suhu dan pola curah hujan, serta peristiwa cuaca ekstrem.
- Hilangnya keanekaragaman hayati ini mengurangi kapasitas ekosistem untuk menyimpan karbon.
- Berkurangnya penyimpanan karbon menyebabkan lebih banyak karbon dioksida di atmosfer, sehingga memperburuk perubahan iklim.
- Perubahan iklim yang meningkat kemudian menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati lebih lanjut, dan siklus ini terus berlanjut.
Umpan balik ini menghadirkan tantangan signifikan dalam upaya kita untuk memerangi perubahan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati. Umpan balik ini menekankan sifat saling terkait dari berbagai masalah lingkungan ini dan perlunya pendekatan holistik dalam mengatasinya.
Variasi Regional dan Hotspot
Meskipun penelitian ini menyajikan angka-angka global, penting untuk dicatat bahwa dampak hilangnya keanekaragaman hayati terhadap penyimpanan karbon tidak merata di seluruh planet ini. Beberapa wilayah kemungkinan akan lebih terpengaruh daripada yang lain, sehingga menciptakan "titik-titik rawan" yang perlu dikhawatirkan.
Daerah tropis, yang merupakan rumah bagi beberapa ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Bumi, sangat rentan. Daerah-daerah ini, termasuk hutan hujan Amazon, Cekungan Kongo, dan hutan Asia Tenggara, menyimpan sejumlah besar karbon dan memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Hilangnya spesies di daerah-daerah ini dapat berdampak tidak proporsional pada penyimpanan karbon global.
Demikian pula, hutan boreal di garis lintang utara, meskipun keanekaragaman hayatinya lebih rendah, menyimpan sejumlah besar karbon di tanah dan vegetasinya. Perubahan pada komunitas tumbuhan di wilayah ini juga dapat berdampak besar pada penyimpanan karbon global.
Ekosistem pesisir, termasuk hutan bakau, lamun, dan rawa asin, merupakan area lain yang perlu diperhatikan. Ekosistem "karbon biru" ini sangat efisien dalam menyimpan karbon, dan pelestariannya sangat penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon.