Mohon tunggu...
Rahmat j
Rahmat j Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan, Budaya, dan Modernisasi

17 November 2018   20:04 Diperbarui: 2 Desember 2018   02:37 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bila berbicara tentang perempuan berarti kita berbicara tentang kehidupan sosial karna secara psikologis tak satu pun manusia dapat hidup sendiri entah dia laki-laki maupun perempuan dan dalam kehidupan manusia selalu menciptakan etika dan etiket hingga menjadi suatu kearifan lokal.

Dan di hampir semua kearifan lokal  yang berkembang di masyarakat memandang perempuan sebagai manusia nomor dua dan cuma sebagai pendukung laki-laki dalam menjalankan kariernya,  seperti kata pepatah "di balik kesuksesan pria ada perempuan hebat di belakangnya" sehingga perempuan selalu di identikkan dengan pekerjaan domestik.

Tapi seiring perkembangan zaman, dimana masyarakat tlah dapat dengan mudah mengakses ilmu pengetahuan melalui alat elektronik maupun media cetak. 

Pemikiran masyarakat sudah mulai berkembang dan menganggap perempuan tidak hanya harus tahu memasak saja, tapi juga harus cerdas agar dapat mendidik anaknya dengan baik. Tetapi meski demikian, sebagian dari pandangan masyarakat itu masih menempatkan perempuan di dalam kerja-kerja domestik sehingga ada pandangan dalam tatanan kebudayaan yang berkembang dalam  masyarakat bersifat patriarki, tidak adil bahkan bersifat misoginis ( kebencian terhadap perempuan ), sehingga perempuan terbelenggu dalam sistem tatanan kebudayaan yang bersifat  patriarki.  

Namun tidak sedikit perempuan yang melakukan  penetrasi pada budaya yang bersifat patriarki. Banyak perempuan  yang maju secara progresif menuju moderenisasi walaupun dianggap menyimpang dari peraturan  yang tumbuh sejak lama dalam kebudayaan, dan tidak lagi bersifat konservatif. 

Mereka mulai mengikuti tren-tren atau gaya-gaya yang kebarat-baratan maupun Korea, mulai menggunakan bra ke pantai, merokok, minum minuman keras di usia yang sangat belia, serta mengontrol dan memegang kekuasaan penuh atas dirinya maupun tubuhnya sehingga menjadi kontradiktif dalam masyarakat. 

Tapi apakah betul,  busananya yang mereka kenakan benar-benar keluar dari kehendak diri mereka sendiri dan bukan hanya agar terliat menarik oleh lawan jenis ataupun dibilang gaul oleh teman-temanya...? Penampilan perempuan memang selalu menjadi topik yang sangat menarik di perbincangkan mulai dari hal yang positif hingga yang negatif, membawa kesenangan maupun keprihatinan  bahkan mengakibatkan ambivalensi pada seseorang ketika melihatnya

 Seperti kata Plato " tubuh perempuan dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan  tubuh yang indah dapat menginspirasi  sekaligus merintangi, mencemati, mengganggu, memperbudak dan membelenggu."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun