Mohon tunggu...
Rahmat Isnaini
Rahmat Isnaini Mohon Tunggu... -

http://seputarklaten.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Zaman Edan dan Misteri Kematian Raden Ngabehi Ranggawarsita

11 November 2011   16:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:47 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serat Kalatida " amenangi zaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada." Terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: " menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada. " Zaman Edan!! istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Ranggawarsita dalam Serat Kalatida. Syair di atas merupakan ungkapan kekesalan hati Raden Ngabei Ronggowarsito kepada pemerintahan Pakubuwono IX pada saat itu yang dikelilingi para penjilat yang gemar mencari keuntungan pribadi. Berbekal sepenggal kisah menarik tentang Raden Ngabei Ronggowarsito yang nama kecilnya Bagus Burham tersebut, serta syairnya yang up 2 date dengan kondisi negeri sekarang ini, saya tertarik menelusuri Misteri Kematian Ranggawarsita dengan mengunjungi makamnya yang berada di Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Berikut adalah penelusuran saya:

Ternyata tidak terlalu sulit untuk menemukan lokasi Makam Ranggawarsita, begitu masuk daerah  Palar ditepi kanan jalan dari arah Klaten, Anda akan menemui sebuah papan penunjuk arah yang lumayan gedhe untuk mengarahkan Anda segera berbelok ke kiri menuju makam.
Sebelum memasuki area pemakaman, disebelah timur terdapat pendapa yang cukup luas dan bersih, setelah memarkir kendaraan, saya tertarik mengambil gambar patung yang berada di sebelah kiri gerbang masuk pendapa dari arah timur, dan di belakang patung tersebut terdapat sebuah bangunan perpustakaan, namun ketika saya mencoba mencari tahu isi dari perpustakaan tersebut, menurut warga setempat perpustakaan kosong sejak dibangun, hiks ^_^
Wooyy.. Aseeekkk..... begitulah keceriaan anak-anak yang lagi asik main bola dipelataran Pendopo Ranggawarsito berpaving bersih dan memang cukup luas untuk sekedar bermain bola bersama teman-teman sebaya. Yap, jadi inget masa kecil dahulu, sahabat-sahabat karib sepermainanku yang kini sudah jauh mencari penghidupan dan kebahagiaannya masing-masing. Aku rindu kalian, kapan kita bisa berkumpul kembali dan bermain bersama sambil mengenang masa lalu yang ceria. Tanpa sadar tersungging senyum dibibirku menyaksikan keceriaan ini dengan aroma romantika masa kecil yang menyenangkan.
Pendapa luas dan bersih ini berdiri tepat di depan pintu masuk pemakaman. Sampai di depan gerbang ini keceriaan anak-anak yang tadi asik bermain bola masih dengan keceriaannya mengikuti saya,  mereka berlarian menghampiri saya, mereka sangat senang difoto :) Namun, begitu mereka melihat saya hendak memasuki gerbang pemakaman, ada salah satu dari mereka berucap "minggir.... minggir... ayo dolanan bal-balan maneh ojo ganggu mase sing ameh motret!!". Tentu saya kaget dengan pengertian mereka, membiarkan saya untuk kembali dengan keasikanku bermain shooter kamera.
Begitu memasuki area pemakaman, di sebelah kiri terdapat patung besar, yaaa besar bangeet, sempet kaget hiks ^_^, maklum aja suasana saat itu sudah menjelang senja, saat dimana waktu bergulirnya mentari kembali keperaduan dan saat yang sakral, hehe. Yap saya menyukai saat-saat senja karena ada misteri di dalamnya. Memasuki area ini aroma kemenyan mulai tercium, makam2 berjajar rapi dan bersih, tetapi nuansa angker sama sekali tidak tergambar disini karena lokasinya yang nyaman dan bersih.
Makam Ranggawarsita ada di dalam bangunan ini, saya mengambil gambar ini dari arah barat makam, bersih dan terawat, sangat jauh dari kesan makam.
Ornamen gaya Belanda sangat kental terasa, namun hanya sempat mengambil beberapa gambar, khawatir keburu malem dan .. hehehe.... ^_^
Ketika mengelilingi area pemakaman saya bertemu Pak Bambang, salah satu juru kunci makam yang akan dengan setia menemani Anda ketika berkunjung kesini, bahkan dengan senang hati beliau akan membawa Anda berkeliling dan siap memberikan jawaban dari tiap pertanyaaan Anda. Beberapa kisah beliau ungkapkan dengan runtut dan santun.
Makam ini telah mengalami beberapa kali pemugaran, Makam ini pernah dikunjungi dua presiden Indonesia yaitu Soekarno dan Gus Dur pada masa mereka menjabat.
Berikut adalah kisah Misteri Kematian Raden Ranggawarsita, yg saya kutip dari wikipedia: Pakubuwana IX naik takhta sejak tahun 1861. Ia adalah putra Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon tahun 1830 karena mendukung Pangeran Diponegoro. Konon, sebelum menangkap Pakubuwana VI, pihak Belanda lebih dulu menangkap juru tulis keraton, yaitu Mas Pajangswara untuk dimintai kesaksian. Meskipun disiksa sampai tewas, Pajangswara tetap diam tidak mau membocorkan hubungan Pakubuwana VI dengan Pangeran Dipanegara. Meskipun demikian, Belanda tetap saja membuang Pakubuwana VI dengan alasan bahwa Pajangswara telah membocorkan semuanya. Fitnah inilah yang menyebabkan Pakubuwana IX kurang menyukai Ranggawarsita, yang tidak lain adalah putra Pajangswara. Hubungan Ranggawarsita dengan Belanda juga kurang baik. Meskipun ia memiliki sahabat dan murid seorang Indo bernama C.F. Winter, Sr., tetap saja gerak-geriknya diawasi Belanda. Ranggawarsita dianggap sebagai jurnalis berbahaya yang tulisan-tulisannya dapat membangkitkan semangat juang kaum pribumi. Karena suasana kerja yang semakin tegang, akibatnya Ranggawarsita pun keluar dari jabatan redaksi surat kabar Bramartani tahun 1870. Ranggawarsita meninggal dunia secara misterius tanggal 24 Desember 1873. Anehnya, tanggal kematian tersebut justru terdapat dalam karya terakhirnya, yaitu Serat Sabdajati yang ia tulis sendiri. Hal ini menimbulkan dugaan kalau Ranggawarsita meninggal karena dihukum mati, sehingga ia bisa mengetahui dengan persis kapan hari kematiannya. Penulis yang berpendapat demikian adalah Suripan Sadi Hutomo (1979) dan Andjar Any (1979). Pendapat tersebut mendapat bantahan dari pihak elit keraton Kasunanan Surakarta yang berpendapat kalau Ranggawarsita adalah peramal ulung sehingga tidak aneh kalau ia dapat meramal hari kematiannya sendiri. sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Rangga_Warsita Salam dari sedulur Blog Seputar Klaten

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun