Mohon tunggu...
Rahmatiana Azizatun Nisa
Rahmatiana Azizatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bedah lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z Terlalu Khawatir Menyebabkan FOMO

18 November 2023   13:49 Diperbarui: 18 November 2023   16:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah ngalamin ketertinggalan atas pencapaian kawan terdekat? Yaps sepertinya anak milenial sekarang sering mengalami hal tersebut. Apalagi dimasa antara perkuliahan dan pekerjaan banyak sekali pencapaian yang kita lihat dari orang lain, hal ini bukan hanya semata-mata membanggakan untuk diri sendiri, tapi dari sudut kacamata orang lain bisa menjadi munculnya rasa iri serta cemas dan khawatir pada diri sendiri.

Perasaan ini, bisa kita sebut FOMO (fear of missing out) Ketertinggalan bukan hanya fenomena kehilangan momen belaka, hanya karna melihat sebuah tren, pencapaian orang lain, berita, social media dan masih banyak lagi. Perasaan ini menimbulkan rasa ketakutan dan cemas karna merasa ketertinggalan yang mengacu dari persepsi orang lain semata-mata melihat orang lain bersenang-senang dalam menjalani kehidupan.

Salah satu penyebabnya ialah penggunaan social media, seiring berkembangnya zaman di era digital menjadikan kita lebih mudah dalam menerima ribuan informasi contohnya dari instragram, tiktok, X, dan masih banyak lagi. Apalagi aplikasi banyak fitur-fitur yang mendukung untuk membuat konten seperti menulis, foto, dan video. Awal mula itu, sebagai pemicu awalnya perasaan cemas dan membandingkan kehidupan orang lain dengan kita hanya melihat dari social media.

FOMO bisa terjadi disemua kalangan umur, seorang yang mengalami FOMO mempunyai tingkat rasa kepuasan hidup yang kurang karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kenali gejala-gejala FOMO:

  • Tidak pernah lepas dari handphone
  • Lebih peduli dengan social media dibanding dengan kehidupan nyata
  • Kepo terhadap hidup orang lain
  • Haus diakui dengan orang lain
  • Mengikuti gaya hidup hedonism untuk memenuhi hasrat agar tidak ketertinggalan zaman

Perasaan FOMO jika dibiarkan begitu saja membuat munculnya hal negative seperti depresi, setres dan perasaan yang mempengaruhi ketidakpuasan dengan hidup. Selain itu, jika finansial tidak tertunjang dengan baik, maka banyak biaya yang dikeluarkan hanya memenuhi gaya hidup hedonisme. FOMO bisa dikurangi dengan beberapa hal, yaitu:

  • Fokus untuk diri sendiri
  • Batasi penggunaan social media
  • Mencari koneksi yang nyata dan circle yang berkualitas
  • Hargai diri sendiri dan menerima keadaan

Jadi, jangan menyiakan hidup karena tidak pernah merasa cukup. Nikmati disetiap momen yang akan dilewati, berhentilah membandingkan hidup kita dengan orang lain karena melihat pencapaian orang lain. Ubahlah pemikiran dari FOMO to JOMO.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun